Selasa, 25 September 2012

KEHIDUPAN BELUM BERHENTI

“ Seberapapun jauh anda gagal tidaklah bermasalah, tetapi yang penting seberapa sering anda bangkit untuk mencobanya bangkit kembali ”.
Ada seorang wanita sebut saja Rina yang terhimpit masalah yang sangat berat, dia adalah ibu rumah tangga yang setiap hari disibukkan dengan urusan rumah tangganya, memasak untuk anak dan suami, bersih-bersih rumah, memandikan anak, memberi makan anak, dan mempunyai sampingan jual nasi pecel kecil-kecilan disekitar tempat tinggalnya, intihnya dia ini wanita yang sangat sibuklah. Sedangkan sang suami bekerja sebagai karyawan disebuah perusahaan swasta. Kurang lebih lima belas tahun berumah tangga mereka dikaruniai 4 orang anak, anak yang pertama sudah kelas 3 SMP, anak yang kedua kelas 5 SD dan yang dua lainnya masih kecil. Dalam membina rumah tangganya Rina mengalami cobaan yang bertubi-tubi mulai dari soal ekonomi hingga masalah suami dan anak-anaknya. Gaji suaminya yang minim membuat Rina harus montang manting membantu bekerja untuk menyuplai dana buat kebutuhan keluarga. Disamping itu Rina juga mempunyai beban batin yang amat dalam karena sudah ekonomi yang serba sulit ditambah lagi suaminya harus serong sama perempuan lain. Wah, makin bertambah lagi cobaan bagi rumah tangganya Rina. Namun Rina tetap tabah menghadapinya meskipun sudah berulang kali mengingatkan suaminya tapi tidak ada hasilnya. Rupanya kian hari cobaan Rina tidaklah surut malah makin bertambah, dengan musibah yang menimpa anaknya. Petang hari ketika pulang dari sekolah anaknya yang baru kelas 3 SMP mengaku telah diperkosa orang yang tak dikenalnya hingga akhirnya harus hamil. Bagi Rina, andai bunuh diri itu bukan perbuatan yang dilarang, tentu dia sudah membunuh dirinya agar terhindar dari masalah yang kian berat menimpa keluarganya.

Namun tidaklah seperti itu yang dilakukan oleh Rina. Dia tetap berusaha sabar karena dia yakin bahwa segala sesuatu datangnya dari Allah SWT, cobaan yang dialaminya dianggap sebagai cobaan bagi ketaatan dirinya pada sang maha kuasa, bukan dianggapnya sebagai hukuman Allah bagi dirinya. Menghadapi kesulitan yang begitu berat dalam rumah tangganya, ditambah lagi suaminya yang selingkuh dengan orang lain, Rina memutuskan untuk menuntut cerai dan cerai pun harus terjadi. Ditengah kesendiriannya mengurusi anak-anaknya tanpa suami, Rina harus jungkir balik menafkahi kebutuhan anak-anaknya yang dibantu oleh anaknya yang harus putus sekolah karena hamil. Rina tetap yakin semua ini terjadi atas kehendak Allah SWT. Pasti akan ada hikmah atas semua ini, ia tidak menyerah terhadap takdir, karena dia faham bahwa takdir seseorang tiada yang tahu, mungkin hari ini Allah SWT mentakdirkan diri dan anak-anaknya harus menanggung beban hidup yang amat berat, namun kehidupan belum berhenti, dan manusia tidak tahu takdir apa yang akan diterimanya kedepan nanti, maka Rina bangkit untuk terus berusaha, ada Allah SWT bersamaku, Ada Allah yang membantuku, Ada Allah yang mencukupiku, dengan ucapan bismillah Rina bangkit melawan kesulitan hidupnya. Dia yakin bahwa kesulitan yang ia hadapi adalah kehendak Allah dan Allah SWT tahu bahwa itu semua masih dalam ukuran kesanggupan hamba-Nya. Sebagaimana firmannya:

“ ....Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan “.(Q.S. At Thalaq: 7)

“ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (Q.S. Al-Baqarah:286)

Kata-kata bijak mengatakan:
“ Seberapapun jauh anda gagal tidaklah bermasalah, tetapi yang penting seberapa sering anda bangkit untuk mencobanya bangkit kembali ”.

Dari selembar kertas koran yang Rina gunakan sebagai pembungkus nasi pecel dagangannya tertulis kata-kata bijak yang membangun motivasi bagi dirinya, Rina semakin termotivasi, ia yakin dirinya masih ada peluang untuk bangkit kembali, ia semakin giat berusaha, puasa senin-kamis dilaksanakannya, tengah malam bangun untuk tahajud dan bersimpuh pada Dzat penguasa jagat, ia memohon pertolongan dan jalan keluar dari permasalahannya, habis tahajud ia langsung mempersiapkan dagangannya sambil menunggu waktu shubuh tiba. Alhamdulillah jualan nasi pecelnya lancar dan ia pun tak lupa menyempatkan waktunya untuk sholat dhuha, ia gemar sholat dhuha karena dhuha tempatnya dia mengadu terhadap Rabbnya atas segala persoalan hidupnya.

Waktu kian berlalu, akhirnya do’a Rina dikabulkan oleh Allah SWT. Karena anaknya yang menjadi korban pemerkosaan ditolong oleh seorang ustadz, untuk menutupi aib anaknya, ustadz tadi dengan ihlas apa adanya untuk menikahinya. Bukan main rasa syukur Rina atas semua ini, Rina yakin ini adalah jawaban dari Allah SWT atas do’a-do’a yang ia panjatkan pada-Nya. Kehidupan Rina dan anak-anaknya Alhamdulillah berangsur-angsur membaik, berawal dari jualan nasi pecel kecil-kecilan disamping emperan rumahnya, kini Rina sudah bisa membuka Depot sederhana yang memiliki omzet penjualan yang lumayan menjanjikan, hingga Rina beserta anak dan menantunya bisa memenuhi panggilan Rabbnya untuk melakukan ibadah umrah bersama.

Subhanallah, beginilah kisah orang yang kuat, ulet, sabar dalam berusaha, tiada lupa ia berdo’a dan mengharapkan pertolongan Rabbnya, wal hasil Allah SWT membukakan jalan keluar yang tak pernah ia sangka-sangka pada akhirnya.





Senin, 24 September 2012

SULITNYA CARI JODOH


“Jodoh sulit dicari! Tak ada salahnya anda koreksi diri, barangkali ada ketidakberesan dalam diri anda”



Banyak orang yang mengatakan bahwa dunia ini adalah tempat persinggahan, ada yang mengatakan bahwa dunia adalah panggung sandiwara, bahkan ada pula yang mengatakan bahwa dunia ibarat mampir ngombe, saking singkatnya kehidupan dunia sehingga banyak yang menginginkan kehidupannya bisa menyenangkan, kenapa harus dibikin susah, hidup satu kali hiduplah yang berarti. Ada pula yang agak nyeleneh, bahwa dunia itu tak selebar daun kelor.

Ahh itu adalah pendapat mereka yang sedang berkecamuk menentukan nasibnya harus seperti apa. Tapi okelah saya setuju dengan senyeleneh-nyelenehnya pendapat mereka. Lho kok bisa gitu. Iya, dunia hanyalah tempat persinggahan sementara, karena kehidupan yang sesungguhnya hanya ada didalam surga ataukah neraka.

Dunia adalah panggung sandiwara, 100% gak salah, karena dalam kehidupan ini telah tertulis rapi dalam sebuah buku skenario sang maha 50 ribu tahun yang sebelum langit dan bumi ini diciptakan.

Dunia ibarat mampir ngombe, hemm.. bener juga, karena itu merupakan petuah yang bijak bagi masyarakat jawa untuk mengingatkan dirinya bahwa kehidupan ini hanya sebentar, karena itu manfaatkan kehidupan dunia dengan mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk perjalanan selanjutnya.

Dunia tak selebar daun kelor, ya tentu dong, kalau dunia hanya selebar daun kelor, kira-kira seberapa gede ya gunung semeru berdiri disitu. Tapi gak masalah, pribahasa “dunia tak selebar daun kelor” bila kita amati ternyata mengandung filosofi dan motivasi yang sangat bermakna, dan cocok sekali jadi petuah bagi mereka yang kesulitan cari jodoh. Bagaimana tidak. bumi ini sungguh lebar saking lebarnya hingga kita tak mampu menelusuri dimanakah letak batasnya bumi. Selain itu didalamnya juga dihuni milyaran manusia, bahkan ada survei yang mengatakan bahwa penduduk bumi ini didominasi oleh kaum hawa, tapi kenapa ya ada sebagian dari saudara-saudara kita yang sulit mendapatkan jodohnya? Ada yang membujang semumur hidup katanya tidak laku, pada hal mereka juga berekonomi mapan, tidak jelek-jelek amat, bahkan ada pula yang sudah sarjana sampai pegawai negeri.

Begini sobat, anda pasti sepakat dan menyakini bahwa rezeki, jodoh dan kematian sudah ditentukan oleh Allah SWT. Anda kejar kemanapun kalau bukan jodoh anda, maka anda tak akan bisa bersatu.

Ada yang diam dirumah saja jadi anak mami, lulus SMA saja jodohnya sudah datang, ada yang mojok semalaman sampai kebablasan kemudian dikawinin itu juga merupakan jodohnya. Bahkan ada yang berusaha hingga ditentang oleh kedua belah pihak orang tuanya tetapi kalau sudah jodohnya, mau bilang apa?.

Ini merupakan area kekuasaan tuhan yang maha kuasa. Anda sebagai hamba tak patut memasuki area kekuasaan-Nya, meskipun takdir itu mutlak hak-Nya, tetapi Allah SWT masih memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya untuk berihtiar semaksimal mungkin mengejar cita-citanya termasuk jodoh. Kalau Allah sudah memerintahkan untuk berihtiar berarti dibalik kekuasaan-Nya masih ada kemungkinan-kemungkinan seorang hamba untuk memohon kepada-Nya. Nah, Sisi ihtiar inilah yang seharusnya anda tumbuhkan dalam hati sebagai cahaya pengharapan seorang hamba dalam meminta suatu hajat kepada tuhannya. Masalah jodoh memang ditangan tuhan, tetapi anda harus mencoba menggapainya melalui sisi ihtiar tadi. Berihtiarlah menjemput jodoh anda, gunakan banyak cara untuk memikat pria atau gadis pujaan selera anda, selagi cara itu masih dibenarkan oleh syariat agama.

“Perempuan itu dikawin karena empat perkara yaitu:karena hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka oleh sebab itu hendaklah engkau memilih (perempuan) yang beragama, pasti engkau berbahagia (selamat)” (H.R. Bukhori) 

 Berdasarkan hadits diatas, hal yang terpenting dalam memilih jodoh adalah karena agamanya, karena agama merupakan pondasi hidup dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Memang sih kalau bisa request, anda pasti menginginkan keempat-empatnya, kaya, dari keturunan yang baik-baik, cantik dan sholihah, uhh ngejreeng banget.

Tapi emang ada yang seperti itu? Jangan-jangan terlalu terfokus mengejar yang seperti itu, anda keburu tua dan gak laku-laku. Karena itu agama memberi tuntunan yang sangat bijak dalam memilih pasangan hidup berdasarkan agamanya. Pernahkah kita mendengar pertanyaan “mengapa sih jodoh sulit dicari”? jodoh memang ditangan tuhan, tapi tak ada salahnya dong anda instrospeksi diri, siapa tahu sulitnya jodoh yang anda hadapi karena ada sesuatu didalam diri kita yang tanpa kita sadari tidak disukai orang lain. Apa saja yang harus kita koreksi :

  • Pertama: Koreksi gaya hidup anda 
Mungkin gaya pakaian anda selama ini terlalu kusam atau jorok dan nggak rapi, tutur bahasa kita yang terlalu muluk-muluk sehingga orang-orang pada benci, cara bergaul kita yang pilih-pilih, atau mungkin akhlak kita yang tidak islami. Kalau misalnya hal ini ada pada diri kita, wajar dong kalau jodoh kita sulit. Bagaimana tidak, kita menginginkan diberi pasangan hidup yang sholih atau sholihah, tetapi diri kita tidak mencerminkan orang yang sholih. 

  • Kedua: Koreksi hubungan anda terhadap tuhan. 
Bertanyalah pada diri anda sendiri, apakah selama ini hubungan anda dengan Allah SWT, semakin dekat, renggang atau mungkin tidak berhubungan sama sekali. Hubungan yang dimaksud disini adalah ibadah kita sudah benar apa belum, dalam artian yang fardhu terlaksana, tahajudnya rutin, dhuhanya istiqomah. Karena ibadah itu suatu media seorang hamba memohon kepada Rabbnya akan semua hajat yang dibutuhkan. Logikanya, bagaimana mungkin anda berkeinginan hajatnya terlaksana, sedangkan anda saja tidak pernah minta. 

  • Ketiga : Koreksi Syarat dan Kriteria yang anda inginkan. 
Terkadang kriteria seseorang dalam memilih pasangan hidup juga jadi penyebab kenapa jodohnya sulit dicari. Bener kayak gitu. Mungkin saja iya, karena kriteria yang anda inginkan ketinggian. Secara tidak langsung kriteria yang anda ajukan itu menjadi sebuah iklan yang mempromosikan diri anda kepada khalayak, lha kalau kriteria yang anda pasang dalam iklan terlalu muluk-muluk, ya orang ngebacanya saja sudah nek, sombong banget orang ini, nah, apa yang terjadi. Maksud hati ingin menarik simpati, eh gak tahunya orang-orang pada lari menjauhi anda. Karena itu jangan terlalu pilih-pilih, kaya tidak apa, keturunannya orang gedean tak masalah, cantik juga tidak apa, yang penting agamanya baik. Hemm.. ini enaknya sendiri aja, maksud saya pilihlah agamanya saja seandainya yang harta, nasab dan cantiknya tidak anda temukan. Jangan pilih yang cantik saja, orang cantik itu tuntutannya banyak lho, biaya perawatannya saja satu bulan bisa-bisa melebihi biaya makannya, ehh yang merasa cantik marah tuh. Ya gak semuanya kayak gitu sih, tapi secara matematika anda tentu sudah membayangkan, orang cantik itu segala kebutuhan penunjangnya memerlukan biaya, iya kan? Karena itu petuah yang diajarkan rasulullah sungguh bijaksana, kalau anda tak mampu mencari keempat kriteria tadi, minimal anda menemukan yang agamanya bagus.

  • Keempat Koreksi Finansial anda. 
Sebelum anda melangkah kejenjang pernikahan, ada baiknya anda mempersiapkan segala keperluannya untuk menunjang kehidupan anda nantinya. Semisal, pekerjaan sudah mapan, rumah sudah oke, kendaraan sudah siap. Nah baru anda melangkah kesitu. Lho, ribet banget, bukankah Al-Quran sudah mengajarkan bahwasannya orang yang menikah itu, bagi yang miskin Allah akan memampukan mereka? 

 " Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Annur : 32) 

Sama sekali anda tidak salah, tetapi alangkah lebih baik sebelum semuanya terjadi, segalanya sudah kita persiapkan. Membina rumah tangga itu nggak semuda yang kita bayangkan, pasti didalamnya nanti banyak masalah yang bermunculan, ahh jangan nakut-nakutin. Ini nggak nakut-nakutin, tetapi berdasarkan pengalaman mereka-mereka yang telah berumah tangga termasuk yang nulis buku ini lo. Bahkan ada yang bilang nikah itu enak pas waktu tidurnya saja, uhh rasanya nggak hanya itu deh, orang yang nikah itu kalau berhubungan dengan istrinya laksana jihad memerangi orang kafir, mencium sang istri ibarat mencium hajar aswad, dahsyat. Sobat, ikutilah tips diatas, siapa tahu dengan mengikuti tips diatas Allah SWT mempermudah jodoh anda. Coba saja, lagian gratis, gak pake bayar. Semangat untuk mencoba dan optimis. Jikalau sudah notok usaha anda namun jodoh masih juga enggan datang, sudah saatnya anda bertawakkal kepada-Nya. Pasti ada hikmah dibalik semua ini.

Senin, 16 April 2012

BODOH PERMANEN.. BENER NGGAK YA?

M. Ishaq, S.Pd


Ada sebuah ungkapan klasik yang sering jadi bahan bercandaan bagi sebagian orang yaitu “ Dulu tidak bisa sekarang lupa “. Kalimat ini sangat sederhana dan seakan-akan hanya sebuah bahan guyonan yang tak bernilai apa-apa, namun bila di telusuri tersimpan makna sindiran yang amat dalam maknanya dan ini seharusnya menjadi bahan sandaran perenungan bagi diri para pendidik dalam memperdalam ilmu dan mentransfer pengetahuan pada para siswanya juga bagi peserta didik dalam jenjang pembelajaran disekolah maupun bagi para orang tua dalam mendidik putra dan putrinya dirumah.

Sebagai orang tua tentunya banyak sekali pengalaman-pengalaman yang pernah kita alami, dan dari pengalaman-pengalam tersebut menunjukkan pada kita, bahwa tidak semua yang telah kita alami dan kita pelajari melekat dalam ingatan kita. Seringkali terjadi, justru yang telah kita pelajari dengan sungguh-sungguh sukar diingat dan mudah di lupakan; sedangkan yang kita alami dan kita pelajari sepintas lalu, lama melekat dalam jiwa kita dan tidak pernah di lupakan. Apakah yang menyebabkan penyakit lupa itu mudah menghinggapi diri kita terhadap apa yang sudah kita pelajari? Atau yang menghinggapi anak kita dalam belajar, pada hal kita sudah ngotot menjelaskan, namun hari besoknya sudah lupa lagi ?

Nah, mari kita sejenak berfikir, berangan-angan terhadap para peserta didik, atau terhadap anak kita sendiri, tidak sedikit mereka yang setiap hari bergelut dengan buku dan menghangatkan bangku sekolah karena begitu lamanya harus duduk dan belajar, mendengarkan penjelasan dan keterangan dari gurunya, belum lagi mengulas pelajaran disekolah bersama orang tuanya, namun semua penjelasan yang telah disampaikan dan diajarkan kepadanya seringkali begitu mudahnya terlupakan. Ada sebagian guru yang mengatakan, kalau anak didiknya diajar hari ini, besoknya sudah lupa. Bahkan ada juga yang mengatakan; pagi hari diajarkan selang beberapa jam karena siswa harus istirahat dan bermain bersama teman-temannya di halaman sekolah, begitu jam masuk berbunyi dan guru mencoba bertanya terhadap apa yang telah dijelaskan pagi tadi ternyata siswa sudah lupa. Ada juga para orang tua yang bilang saya tidak sanggup mengajari anaku sendiri, emosiku meledak melihat anak yang sulit diajari, bawaanya bikin mencubit sianak saja, lebih baik saya keluar duit dari pada harus mengajari anak yang sulit. Melihat fenomena seperti ini, tidak sedikit para guru naik darah dan memarahi siswanya, atau mungkin menggedor papan tulis untuk melampiaskan kejengkelannya terhadap anak didiknya. Tak sedikit pula orang tua yang menjewer telingga anaknya, bahkan ada yang terlalu emosi dengan ngata-ngatain anaknya “goblok”. Tentunya sangat salah kaprah kalau kita lantas begitu saja memarahi anak kita, bisa-bisa gak jadi pinter malah anak menjadi strees. Terus trauma dalam belajar, akibatnya bodoh. Iya kalau kita mampu membangkitkan motivasinya untuk belajar lagi, nah kalau tidak, apa anak kita tidak bodoh secara permanen? Siapa dong yang rugi!.

Sebenarnya apa sih yang menyebabkan anak kita menjadi bodoh? Bener gak ya ada orang bodoh secara permanen? Yup, pertanyaan yang keren sekali. Pada dasarnya semua orang dilahirkan itu bodoh, dalam artian belum bisa apa-apa. Ya ada sih orang yang begitu lahir sudah pandai dan bisa ngomong seperti halnya nabi Isa a.s, tapi itu tidaklah umum. Kita bahas yang umum-umum saja. Bagi para orang tua atau siapa sajalah yang memiliki anak bodoh, sulit menerima pengajaran, ada baiknya kita koreksi diri, jangan langsung menyalahkan anak, membentak-bentak anak.

• Koreksi diri, siapa tahu mereka menjadi bodoh karena keteledoran kita dalam membimbingnya, atau mungkin kita yang salah dalam membesarkannya. Semisal anak dibiarkan bergaul dengan teman-temannya yang nggak mau sekolah, akibatnya anak kita juga ikut nggak sekolah. Komunitas itu mendukung pribadi seseorang untuk mengikuti trend komunitasnya.

• Koreksi diri, siapa tahu cara kita dalam memberinya makan salah atau berasal dari barang-barang yang haram. Makanan yang berasal dari barang-barang yang haram akan dikonsumsi anak kita dan menjadi darah haram yang mengalir kesekujur tubuh sampai keotaknya, sehingga menjadikan anak sulit menerima pelajaran dan didikan dari orang tua maupun guru disekolahnya.

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (Q.S. Al-Baqarah: 172)

• Koreksi diri, apakah makanan yang anda berikan sudah memenuhi kadar gizinya. Gizi juga mempengaruhi tingkat kecerdasan otak anak. Sangatlah berbeda anak yang gizinya cukup dengan yang tidak. Anak yang gizinya cukup cenderung pertumbuhannya cepat, syarafnya sehat, dan psikisnya baik. Sedangkan anak yang kurang gizi cenderung lemah, pertumbuhannya lambat, syaraf motoriknya terganggu, akibatnya mereka lambat menerima pengajaran. Orang yang lemah dalam menerima pengajaran muaranya pada kebodohan dan sering kali kebodohan memberi dampak kemiskinan. Asisten Utusan Khusus Presiden RI untuk Milenium Development Goals (MDGs), Diah Saminarsih mengatakan bahwa pengentasan kemiskinan dan pemenuhan gizi harus dilakukan bersamaan. Memperdebatkan mana yang lebih penting sama saja mempertanyakan mana yang lebih dulu ada, telur atau ayam. Ini menandakan bahwa gizi yang cukup juga mendorong peningkatan kecerdasan anak.

• Koreksi diri, sudah anda berdoa seraya memohon kepada Allah SWT agar anak anda diberi kemudahan dalam menuntut ilmu. Diceritakan bahwa sebagian orang-orang salaf dahulu pernah berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, aku akan memperbaiki shalatku agar engkau mendapatkan kebaikan.” Sebagian ulama menyatakan bahwa makna ucapan itu adalah aku akan memperbanyak shalatku dan berdoa kepada Allah untuk kebaikanmu.

Jadi bodohnya anak-anak kita 100 % bukan kesalahan si anak, tetapi bisa juga karena kesalahan orang tuanya. Sebodoh-bodohnya anak kita, kalau orang tuanya masih mau membimbingnya dengan tekun saya kira masih ada harapan untuk bisa menjadi anak yang pandai. Kalau pun nggak pandai dan menyandang peringkat kelas atau siswa terbaik, minimal anak anda bisa membaca dan menulis. Sehingga istilah bodoh permanen itu tidak ada. Kita ambil tamsil dari tukang besi. Tukang besi setiap hari mampu membentuk berbagai macam barang seperti : pisau, pedang, keris. Tahukah anda dari apa bahanya, bagaimana proses pembuatannya? Ternyata pisau, pedang, keris yang banyak anda jumpai berbahan besi tua atau baja yang masih utuh, kemudian melalui proses pembakaran dan penggemblengan barulah besi atau baja tadi terbentuk sesuai selera si tukang besi. Sama halnya anak yang bodoh adalah laksana besi atau baja tadi. Anak yang bodoh kalau dibiarkan begitu saja, maka dia akan semakin bodoh atau bodoh permanen, tetapi bila anak yang bodoh itu dididik dengan tekun, dikarantina khusus dalam suatu proses penggemblengan pengajaran, maka perlahan tapi pasti dia akan jadi anak yang pandai.

Minggu, 11 Maret 2012

Bapak Bilang Tuhan Memanggilku


Ini adalah cerita masa kecilku dua puluhan tahun yang lampau. Saya terlahir dari keluarga sederhana golongan ekonomi menengah kebawah. Nyentrik, ndeso merupakan potret alami kehidupanku sebagai anak yang hidup dimasyarakat pedesaan yang masih lugu, apa adanya, kental dengan etika dan norma-norma budaya orang jawa, dendang syiar-syiar islami pun masih akrab menghiasi rumah-rumah penduduk. Sebagai anak yang kala itu masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah, kegiatan keseharianku adalah sekolah, bermain dan tak jarang juga membantu meringankan beban orang tua. Ya tentu membantu dengan sekedarnya saja, namanya juga anak kecil nalurinya belum pada pekerjaan tetapi belajar dan bermain-main. Meskipun begitu antara belajar, membantu orang tua dan bermain tidaklah membuatku letih, capek dan membosankan. Justru dari semua itu perlahan membawaku menjadi anak yang ceria dan gembira. Meskipun waktu itu hiburan dan permainan tidak seperti zaman sekarang yang penuh dengan aneka ragam hiburan, ada playstation, televisi, video, HP dan komputer. Jangan Playstation, televisi saja masih hitungan jari orang yang punya, itu pun masih TV hitam putih yang chanelnya cuma ada TVRI saja, belum ada listrik, jadi masih menggunakan energy Aki. Namun nuansa kebersamaan dan rasa solidaritas sosial terbangun rapi. Betapa tidak, satu RT yang punya TV Cuma satu orang, jadi para tetangga ya ngumpul jadi satu lihat siaran tivi. Rukun, damai dan ceria selalu menyelimuti kesederhanaan hidup orang desa waktu itu. Meskipun pendidikan juga belum maju seperti sekarang ini, meskipun cahaya penerangan belum seterang sekarang, karena listrik belum masuk desa dan hanya menggunakan lampu uplek yang terbuat dari bekas kaleng susu yang diberi sumbu dan minyak tanah sebagai penerangan, namun nuansa pembelajaran dan pengajian begitu gemuruh berkumandang dimasjid dan dimusholah-mushollah. Kebetulan didepan rumahku ada sebuah mushollah yang sengaja dibangun oleh warga sekitar sebagai tempat belajar membaca Al-Qur’an, jadi setiap habis magrib ramai anak-anak dan remaja yang belajar ngaji disitu, satu persatu antri menunggu giliran ngaji sama pak Haji Samsuri sambil ada yang bertugas memegang lampu uplek agar kelihatan terang, sebab kalau lampu upleknya ditempel di dinding cahayanya remang-remang dan dibuat membaca Al-Quran jadinya kurang jelas, makanya harus ada yang bergantian memegangi lampu tersebut. Keadaan yang teramat ndeso itulah nampak nuansa kedamaian yang sangat menyejukkan hati dengan suasana yang alami dan jauh dari kebisingan hidup.
Ternyata dibalik ndesonya orang jawa, mempunyai teladan hidup yang sangat berbudi, mempunyai kebiasaan hidup yang mulia dan berarti didalam menapaki kehidupannya sehari-hari. Teringat selalu pada masa kecilku, dimana bapakku memberi teladan kongkrit buatku. Waktu itu sehabis pulang sekolah, saya diajak teman-teman bermain layang-layang tak jauh dari rumahku, apalagi saya punya layang-layang model ikan-ikanan yang dibuatkan sama bapak, tentu saya semangat dan ceria sekali bermain layang-layang. Disaat-saat asyiknya bermain, tak terasa adzan ashar pun berbunyi, dari jauh bapak memanggilku dengan logat jawanya yang khas “manthuk nak, mene mane dolenane, tuh adzar ashar, ayo nderek bapak sholat kemasjid”. (pulang nak, besok lagi bermainnya, tuh adzan ashar, ayo ikut bapak sholat kemasjid). Saya pun segera menurunkan layang-layangku dan bergegas pulang. Sesampai dirumah saya segera mandi dan berpakaian untuk sholat ashar, dengan dibonceng bapak memakai sepeda onthelnya yang sudah tua, kami berdua menuju masjid untuk menunaikan sholat ashar berjama’ah. Selesai sholat, kami pun pulang dan duduk-duduk santai diamben kecil depan rumahku sambil menatap kelangit memandang keindahan layang-layang temanku yang masih dimainkan. Disela-sela waktu santaiku, bapak memberi wejangan sederhana kepadaku. Sambil kurebahkan kepalaku dipangkuannya bapak mengatakan bahwa, kehidupan dunia itu Cuma sebentar, kalau kehidupan yang sebentar itu kita sia-siakan, tentu dikehidupan yang akan datang kita akan mengalami kerugian. Karena itu kamu boleh bermain, tetapi kalau sudah terdengan bunyi suara adzan, hentikan mainanmu dan bergegaslah untuk melaksanakan sholat. Adzan berkumandang itu tandanya bahwa Allah SWT sedang memanggilmu agar sesegera mungkin kamu menghadapnya, kamu bersujud kepada-Nya, silahkan kamu memohon ampun dan berkeluh kesah kepada-Nya. Sungguh mulia sekali bagi orang-orang yang sejenak mau berfikir bahwa dirinya dimuliakan oleh Tuhannya. Sehari-semalam lima kali Allah SWT memanggil kita, coba bayangkan Dzat yang perkasa dan maha kuasa yang tanpa kita sembah pun tak akan berkurang keperkasaannya. Yang tanpa kita puja pun Dia tetap raja diraja dialam semesta.
Kini saya sudah besar baru merasakan begitu besarnya kasih sayang seorang bapak pada anaknya, mendidik anak tanpa menekan fisik dan kejiwaanya, mendidik tanpa merenggut hak bermain anaknya. Sungguh teladan yang begitu santun dan berakhlakul karimah. Teringat kisah Luqmanul Hakim seorang hamba yang namanya diabadikan oleh Allah SWT dalam kita suci Al-Qur’an, pada hal kita semua mengetahui bahwa dia bukanlah seorang nabi dan rasul, melainkan hanyalah seorang manusia biasa. Namun dia dikenal sebagai seorang bapak yang mempunyai teladan mulia terhadap anaknya. Dizaman sekarang banyak orang tua pontang panting mengejar harta dan kemewahan dunia untuk warisan buah hatinya. Seorang anak didik dan disekolahkan setinggi mungkin bukan bertujuan untuk memperbaiki akhlak dan budi pekertinya, namun bagaimana dengan pendidikan yang tinggi itu nantinya anak dapat memperoleh pekerjaan yang gajinya besar. Banyak orang tua yang lebih menyuruh anaknya mengenyam pendidikan kejuruhan semacam STM, SMEA atau SMK yang prospek masa depannya cerah menurutnya dibanding ke Madrasah Aliyah apalagi kepesantreen. Berbeda halnya dengan Luqman, dia tidak mewariskan harta atau benda tetapi petuah yang sangat bijak dan luhur nilainya. Diriwayatkan dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 13-19 yang inti nasehatnya diantaranya :
1. Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah), sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.
2. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua.
3. Jangan melakukan perbuatan kemaksiatan.
4. Selalu berbuat baik walau sekecil apapun.
5. Jangan pernah lalai dalam mengerjakan shalat, senantiasa menyuruh kepada kebaikan dan melarang kemunkaran, serta selalu bersabar dalam setiap kondisi.
6. Membuang sikap sombong yang ada dalam diri.
7. Selalu rendah hati dan tidak mengucapkan kata-kata kasar.

Tentu dalam hal ini saya tidak dimempersamakan bapak saya laksana Luqman memberi teladan pada anaknya. Saya juga tidak membandingkan bapak saya sebagaimana layaknya orang-orang yang berpendidikan tinggi seperti doktor, profesor, jangankan sarjana, setingkat Mts/SMP saja tak pernah, hanya notok SR (sekolah Rakyat) pendidikannya. Tapi sebagai seorang anak, saya sangat bangga terhadap bapak saya, meskipun tak menyandang gelar S-1, S-2, S-3 atau eS teh kali ya, namun wujud kasih sayangnya tak bisa diukur dengan kata-kata, cara mendidik anak agar santun dan berbudi luhur sungguh sangat luar biasa. Meskipun bapak saya hanya buruh tani dan menggembala sapi, namun beliau berkomitmen tak akan membiarkan anaknya tak mengenyam pendidikan sama sekali. Terbukti saya empat bersaudara ketiga saudara perempuan saya, 2 diantaranya alumni pondok pesantren, satunya lagi lulus Madrasah Aliyah dan saya sendiri sebagai anak terakhir dan laki-laki sendiri mampu menempuh jalur pendidikan strata-satu. Kalau dipikir-pikir dengan penghasilan sebagai buruh tani dan penggembala sapi yang sangat jauh dari kata mencukupi, jangankan buat biaya anak sekolah, buat makan saja kadang masih ngutang sana sini. Namun kuasa Allah SWT selalu berpihak pada hambanya yang selalu gigih berusaha, wal hasil Allah memberikan jalan keluar yang tak pernah kita sangka-sangka.
Kini semuanya sudah dewasa, sudah berumah tangga. Sa’atnya kita membalas budi baik kedua orang tua. Ibu yang sembilan bulan mengandung kita, merawat dan mendidik kita hingga kita dewasa, Bapak yang gigih berjuang mencari nafkah buat keluarga, tak kenal lelah dan putus asa meskipun harus dihadapkan dengan gali lobang tutup lobang demi kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan putra-putrinya. Sudah sewajarnya kita bikin tersenyum beliau berdua, sudah sewajarnya kita harumkan namanya, sudah sewajarnya kita hiasi masa tuanya dengan kebahagian yang istimewa.
Saya pun mengajak kepada para pembaca, khususnya bagi yang sudah menjadi orang tua, tanamkanlah putra-putri kita bagaimana cara berakhlaq mulia. Berikan hak anak kita untuk mengenyam pendidikan, berikan haknya untuk bermain, tapi jangan lupa, mari kita didik anak kita untuk rajin beribadah, menunaikan sholat tepat pada waktunya, tanamkan dalam hatinya bahwa dengang kebesaran-Nya yakni berkumandangnya suara adzan adalah merupakan panggilan Tuhan kepada seluruh hamba untuk sejenak meluangkan waktu bercengkerama dengan-Nya. Wujudkan generasi yang islami dan mari menjadi teladan buat putra dan putri kita, kalau bukan kita, lantas siapa?