Senin, 31 Maret 2014

Pemuda yang Dirindukan Surga



Kalau diajukan pertanyaan, manakah yang lebih baik antara anak muda yang tekun beribadah atau orang tua yang tekun beribadah? Dua pertanyaan inilah yang akan mengawali uraian saya pada bab ini. Dari kedua pertanyaan diatas tentunya tak patut kita perdebatkan, karena baik anak muda maupun orang tua yang tekun beribadah adalah sama baiknya. Namun tidak menutup kemungkinan orang lain juga akan beragam menanggapinya. Bisa jadi ada yang memilih bahwa yang terbaik adalah anak muda yang giat dan tekun beribadah, dan mungkin juga akan ada yang lebih membenarkan bahwa yang terbaik diantara keduanya adalah orang tua yang tekun beribadah. Apapun pendapat mereka pastinya memiliki alasannya masing-masing bukan!. Nah, hal ini akan menjadi menarik bila kita kupas secara mendalam, bukan karena kita mencari mana yang terbaik, hanya saja kita akan mencari sisi-sisi terbaiknya yang patut kita jadikan teladan bersama.

Dizaman sekarang ini, kalau ada orang tua yang tekun beribadah dan khusuk i’tikaf dimasjid, saya kira itu suatu pemandangan yang biasa dan banyak kita temui disana sini, karena secara tidak langsung ia sadar bahwa ubun-ubunnya sudah beruban, keringatnya mengandung bau kuburan, sehingga yang diinggat tiada lain adalah kematian, makanya yang ada dalam pikirannya yaitu gimana caranya mendapat bekal menghadapi kematian nanti. Tetapi kalau ada anak remaja yang gemar i’tikaf dimasjid, wow, ini baru jempolan brow. Bagaimana tidak. Diusianya yang beranjak dewasa, bertabur bunga-bunga asmara, penuh dengan sensasi dan gaya, dikelilingi dengan gemerlapnya zaman yang lagi ueforia, eh..eh..eh mereka masih sempet-sempetnya jama’ah kemasjid, i’tikaf dimasjid, menjadi aktifis remaja masjid, hemm, bener-bener remaja yang kece. Mungkin inilah remaja yang digambarkan oleh rasulullah SAW, bahwa ada tujuh golongan yang akan dirindukan surga dan salah satunya adalah anak muda yang giat beribadah dan mencintai masjidnya.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ” Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam naungan-Nya yaitu: Imam  (pemimpin) yang adil; pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah pada Allah; orang yang hatinya selalu terikat pada masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah pula; seorang lelaki yang dirayu oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi ia menolaknya seraya berkata ‘Aku takut kepada Allah’; orang yang bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya; dan seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian lalu menitikkan airmatanya.” (HR. Bukhari Muslim)

Menjadi remaja yang diidam-idamkan surga merupakan hal yang sangat langkah, tidak semua orang bisa melakukannya, mungkin jarang-jarang juga kita menemukannya, apalagi hidup diera sekarang ini, yang paling banyak kita temukan bukanlah remaja yang sholat berjamaah, tetapi yang ada adalah ngedancer secara berjamaah, facebuker beristiqomah dan twitteran bersama. Inilah kondangan ngetrendnya anak muda. Adakah yang salah dengan kebiasaan mereka? Tentunya kita tidak boleh salah kaprah memandangnya dengan sebelah mata karena berasumsi bahwa remaja yang suka kumpul-kumpul ngedancer, facebooker atau pun nongkrong-nongkrong dijalan itu suatu tindakan yang bejat dan amoral. Hal semacam itu sudah menjadi dunianya anak muda, dunia mereka adalah dunia hiburan jadi biarkan mereka beradaptasi dengan dunianya, dan kelak mengikuti fase perkembangan usianya, mereka akan berhenti juga. Memang sih, kebanyakan anak muda yang suka nongkrong dijalan-jalan, kehidupannya hura-hura dan mengalami dekadensi moral yang sangat mengkhawatirkan, karena pergaulan mereka menerabas batas-batas yang wajar, sehingga sering kali terjadi tindakan-tindakan amoral. Ya, maklum. Karena mereka kurang mendapat arahan dan wejangan agar menjadi baik. Mana ada sih, pak ustad yang berdakwah dipinggir jalan. Bener nggak!. Tapi janganlah kita terlalu khawatir, masih ada kog remaja yang masih peduli pada masjid, yang peduli pada syiar islam, yang rajin sholat, yang gemar bersholawat, menuntut ilmu dengan giat, ihlas beramal demi kemaslahatan ummat, dan yang lebih penting adalah mereka bersedia membuat gebrakan untuk memeriahkan masjid dengan beragam cara dan mengadakan aneka kegiatan positif seperti: Kegiatan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj dan menghimpun dana untuk menyantuni anak yatim dan fakir miskin dan lain-lain.

Sobat muda, menjadi anak muda yang dirindukan surga tidak harus anda menjadi remaja masjid, karena tidak semua anak muda itu tinggal dirumahan yang dekat dengan masjid dikampung halamannya, sebaliknya, banyak anak-anak muda yang menimba ilmu diluar kota, atau bahkan hingga kenegri orang. Jadi kesempatan menjadi bagian dari remaja masjid juga dirasa sulit. Karena itu, meskipun anda bukanlah bagian dari pengurus remaja masjid tetapi anda bisa menjadi bagian dari golongan anak muda yang rajin datang kemesjid, rajin berjama’ah kemasjid. Terus bagaimana bila saya dalam perantauan menuntut ilmu, sedangkan tempat tinggalku jauh dari masjid? Lah itulah yang saya maksud tadi. Tidak semua anak muda bisa menjadi remaja masjid dikarenakan keadaan berdomisili (yang sedang menuntut ilmu jauh dari tempat tinggalnya). Makanya kita harus membuka ruang tafsiran tentang anak muda yang dirindukan surga adalah anak muda yang hatinya terkait dengan masjid. Banyak cara menjadi anak muda yang hatinya terkait dengan masjid selain menjadi remaja masjid. Zaman sekarang serba teknologi. Banyak jalan yang bisa ditempuh untuk menyuarakan kebaikan. Bukan hanya sekedar berorasi diatas mimbar masjid, bukan hanya menjadi aktifis kegiatan dimasjid, tetapi lebih dari itu kita bisa menyuarakan dakwah syar’i melalui bahasa pena. Kita bisa menulis buku-buku tentang remaja yang gigih dalam beribadah, atau buku-buku yang mengandung motivasi bagi khalayak untuk gemar melakukan amalan sholih. Jika dengan menulis buku dirasa sulit karena harus mengantri seleksi untuk terbit, kita bisa memaksimalkan dakwah lewat jalur facebook, twitter, blog maupun website. Itu sasarannya malah lebih luas. Coba kita pikir. Lebih efektif mana, mensenandungkan syiar islam lewat kegiatan masjid dengan lewat media jejaring sosial network? Sekarang kita amati, banyak mana anak muda yang istiqomah datang kemasjid mendengarkan tausyiah atau mengikuti khalaqoh rutinan, dengan mereka yang setiap saat menggengam ponselnya mengakses facebook? tentu anda sudah bisa menerka jawabannya sendiri. Umpama diambil sampel penelitian, dengan mensurvei 100 anak muda, barangkali yang gemar mengikuti kajian dimasjid hanya sekitar 25%, selebihnya yang 75%, khusuk dengan ponselnya mengakses facebook maupun twitter. Belum lagi kita tidak mengetahui apa saja yang mereka kerjakan dengan situs jejaring sosial tersebut. Nah dari sinilah kita mengambil start untuk berdakwah. Ketik saja status-status religi tentang ayat-ayat alquran, hadits nabi maupun khazanah keilmuan yang dapat membangun pola pikir remaja menjadi insan yang baik. Bila anda menggunakan kartu indosat, hanya butuh 0,1 rupiah saja, anda sudah dapat menyebarkan dakwah keseluruh pengguna Facebook, apalagi kuota pertemanan FB mencapai 5000 teman, tentunya dakwah kita akan menyentuh hati ribuan orang hanya dengan sekali klik. hemm, manteb kan!

Iya kalau status dakwah kita kebaca, lha kalau tidak, sia-sia kan? Bukankah mereka lebih asyik dengan status yang berbau pacaran?
Sobat muda, tugas kita sebagai anak muda yang mencintai syiar agama hanyalah tabliq (menyampaikan), misi kita hanyalah watawaa shoubilhaq atau amar ma’run nahi munkar, soal diterima maupun tidak, dilaksanakan maupun tidak, itu hak prerogatif Allah SWT yang berkuasa membolak balikkan hati hamba-Nya. Karena itu, mari kita manfaatkan teknologi informasi ini sebagai media syiar islam. Jangan tinggalkan jamaah yang jumlahnya mencapai ribuan orang. Coba kita lihat para khotib yang khutbah dimasjid, jamaahnya paling-paling hanya seratus hingga dua ratus orang, sedangkan jamaah kita didunia maya kuotanya lebih dari itu.
Brow, kalau semuanya da’kwah lewak facebook, terus buat apa gunanya kita jariyah bangun masjid?
Waduuh, semakin berkembang saja nih pertanyaannya. Begini. Justru kita dakwah lewat media informasi FB maupun Twitter, tujuan utamanya adalah memberikan pengarahan dan penyadaran bagi mereka untuk kembali rajin berjamaah sholat lima waktu dimasjid. Ibarat sebuah pepatah “sekali dayung, dua, tiga pulau terlewati” artinya bahwa jangkauan dakwah kita tidak hanya sebatas warga kampung tempat tinggal kita, tetapi seluruh pemakai FB yang berasal dari belahan penjuru kota. Kalau kita hanya gembar-gembor lewat acara dimasjid saja, ya, yang datang ya itu-itu saja, nggak ada peningkatan sama sekali. Makanya kita manfaatkan media teknologi informasi untuk membimbing ummat agar ada kesadaran untuk kembali mengfungsikan masjid sebagai sarana persatuan umat islam melalui sholat fardhu lima waktu dengan berjamaah.
Sebenarnya dakwah menggunakan media bukan hanya diera sekarang ini, tetapi jauh sebelum islam berkembang pesat dinegeri ini, para wali songo sudah lebih duluan ajak-ajak masyarakat untuk pergi kemasjid melalui kesenian wayang, gending maupun sajak. Mengingat pada waktu itu ummat sukanya pada kegiatan semacam itu, sehingga para wali menyalurkan dakwahnya lewat media seni. Sedangkan diera kita ini zamannya sudah modern. Orang diajak menuju kebaikan dengan ceramah saja, nggak bakalan mempan. Apalagi pakai kesenian wayang, huuw, pasti dikatakan ndeso. Serba repot memang, kalau menerapkan misi mengajak kepada kebaikan. Buktinya remaja masjid mengadakan pengajian, dengan mengedarkan undangan 100 undangan, yang hadir maksimal 50%, tetapi apabila ada pertunjukan hiburan semacam musik umpamanya, tanpa diundang pun, semua orang berduyun-duyun menghadirinya. Ini merupakan fenomena nyata yang harus kita cermati. Maka dari itu kita harus dakwah mengikuti alur zaman.
Sobat muda yang baik hati. Mari kita berlomba-lomba menjadi pemuda yang dirindukan surga dengan cara gigih berdakwah mensenandungkan syiar islam dengan segenap tenaga, pikiran dan keilmuan yang kita miliki, sehingga maqoshidus Syar’i (tujuan syariat) yang sebenarnya dapat kita terapkan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar