Senin, 31 Maret 2014

Pemuda yang Dirindukan Surga



Kalau diajukan pertanyaan, manakah yang lebih baik antara anak muda yang tekun beribadah atau orang tua yang tekun beribadah? Dua pertanyaan inilah yang akan mengawali uraian saya pada bab ini. Dari kedua pertanyaan diatas tentunya tak patut kita perdebatkan, karena baik anak muda maupun orang tua yang tekun beribadah adalah sama baiknya. Namun tidak menutup kemungkinan orang lain juga akan beragam menanggapinya. Bisa jadi ada yang memilih bahwa yang terbaik adalah anak muda yang giat dan tekun beribadah, dan mungkin juga akan ada yang lebih membenarkan bahwa yang terbaik diantara keduanya adalah orang tua yang tekun beribadah. Apapun pendapat mereka pastinya memiliki alasannya masing-masing bukan!. Nah, hal ini akan menjadi menarik bila kita kupas secara mendalam, bukan karena kita mencari mana yang terbaik, hanya saja kita akan mencari sisi-sisi terbaiknya yang patut kita jadikan teladan bersama.

Dizaman sekarang ini, kalau ada orang tua yang tekun beribadah dan khusuk i’tikaf dimasjid, saya kira itu suatu pemandangan yang biasa dan banyak kita temui disana sini, karena secara tidak langsung ia sadar bahwa ubun-ubunnya sudah beruban, keringatnya mengandung bau kuburan, sehingga yang diinggat tiada lain adalah kematian, makanya yang ada dalam pikirannya yaitu gimana caranya mendapat bekal menghadapi kematian nanti. Tetapi kalau ada anak remaja yang gemar i’tikaf dimasjid, wow, ini baru jempolan brow. Bagaimana tidak. Diusianya yang beranjak dewasa, bertabur bunga-bunga asmara, penuh dengan sensasi dan gaya, dikelilingi dengan gemerlapnya zaman yang lagi ueforia, eh..eh..eh mereka masih sempet-sempetnya jama’ah kemasjid, i’tikaf dimasjid, menjadi aktifis remaja masjid, hemm, bener-bener remaja yang kece. Mungkin inilah remaja yang digambarkan oleh rasulullah SAW, bahwa ada tujuh golongan yang akan dirindukan surga dan salah satunya adalah anak muda yang giat beribadah dan mencintai masjidnya.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ” Tujuh orang yang akan dilindungi Allah dalam naungan-Nya yaitu: Imam  (pemimpin) yang adil; pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah pada Allah; orang yang hatinya selalu terikat pada masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah pula; seorang lelaki yang dirayu oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan tetapi ia menolaknya seraya berkata ‘Aku takut kepada Allah’; orang yang bersedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diperbuat oleh tangan kanannya; dan seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian lalu menitikkan airmatanya.” (HR. Bukhari Muslim)

Menjadi remaja yang diidam-idamkan surga merupakan hal yang sangat langkah, tidak semua orang bisa melakukannya, mungkin jarang-jarang juga kita menemukannya, apalagi hidup diera sekarang ini, yang paling banyak kita temukan bukanlah remaja yang sholat berjamaah, tetapi yang ada adalah ngedancer secara berjamaah, facebuker beristiqomah dan twitteran bersama. Inilah kondangan ngetrendnya anak muda. Adakah yang salah dengan kebiasaan mereka? Tentunya kita tidak boleh salah kaprah memandangnya dengan sebelah mata karena berasumsi bahwa remaja yang suka kumpul-kumpul ngedancer, facebooker atau pun nongkrong-nongkrong dijalan itu suatu tindakan yang bejat dan amoral. Hal semacam itu sudah menjadi dunianya anak muda, dunia mereka adalah dunia hiburan jadi biarkan mereka beradaptasi dengan dunianya, dan kelak mengikuti fase perkembangan usianya, mereka akan berhenti juga. Memang sih, kebanyakan anak muda yang suka nongkrong dijalan-jalan, kehidupannya hura-hura dan mengalami dekadensi moral yang sangat mengkhawatirkan, karena pergaulan mereka menerabas batas-batas yang wajar, sehingga sering kali terjadi tindakan-tindakan amoral. Ya, maklum. Karena mereka kurang mendapat arahan dan wejangan agar menjadi baik. Mana ada sih, pak ustad yang berdakwah dipinggir jalan. Bener nggak!. Tapi janganlah kita terlalu khawatir, masih ada kog remaja yang masih peduli pada masjid, yang peduli pada syiar islam, yang rajin sholat, yang gemar bersholawat, menuntut ilmu dengan giat, ihlas beramal demi kemaslahatan ummat, dan yang lebih penting adalah mereka bersedia membuat gebrakan untuk memeriahkan masjid dengan beragam cara dan mengadakan aneka kegiatan positif seperti: Kegiatan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj dan menghimpun dana untuk menyantuni anak yatim dan fakir miskin dan lain-lain.

Sobat muda, menjadi anak muda yang dirindukan surga tidak harus anda menjadi remaja masjid, karena tidak semua anak muda itu tinggal dirumahan yang dekat dengan masjid dikampung halamannya, sebaliknya, banyak anak-anak muda yang menimba ilmu diluar kota, atau bahkan hingga kenegri orang. Jadi kesempatan menjadi bagian dari remaja masjid juga dirasa sulit. Karena itu, meskipun anda bukanlah bagian dari pengurus remaja masjid tetapi anda bisa menjadi bagian dari golongan anak muda yang rajin datang kemesjid, rajin berjama’ah kemasjid. Terus bagaimana bila saya dalam perantauan menuntut ilmu, sedangkan tempat tinggalku jauh dari masjid? Lah itulah yang saya maksud tadi. Tidak semua anak muda bisa menjadi remaja masjid dikarenakan keadaan berdomisili (yang sedang menuntut ilmu jauh dari tempat tinggalnya). Makanya kita harus membuka ruang tafsiran tentang anak muda yang dirindukan surga adalah anak muda yang hatinya terkait dengan masjid. Banyak cara menjadi anak muda yang hatinya terkait dengan masjid selain menjadi remaja masjid. Zaman sekarang serba teknologi. Banyak jalan yang bisa ditempuh untuk menyuarakan kebaikan. Bukan hanya sekedar berorasi diatas mimbar masjid, bukan hanya menjadi aktifis kegiatan dimasjid, tetapi lebih dari itu kita bisa menyuarakan dakwah syar’i melalui bahasa pena. Kita bisa menulis buku-buku tentang remaja yang gigih dalam beribadah, atau buku-buku yang mengandung motivasi bagi khalayak untuk gemar melakukan amalan sholih. Jika dengan menulis buku dirasa sulit karena harus mengantri seleksi untuk terbit, kita bisa memaksimalkan dakwah lewat jalur facebook, twitter, blog maupun website. Itu sasarannya malah lebih luas. Coba kita pikir. Lebih efektif mana, mensenandungkan syiar islam lewat kegiatan masjid dengan lewat media jejaring sosial network? Sekarang kita amati, banyak mana anak muda yang istiqomah datang kemasjid mendengarkan tausyiah atau mengikuti khalaqoh rutinan, dengan mereka yang setiap saat menggengam ponselnya mengakses facebook? tentu anda sudah bisa menerka jawabannya sendiri. Umpama diambil sampel penelitian, dengan mensurvei 100 anak muda, barangkali yang gemar mengikuti kajian dimasjid hanya sekitar 25%, selebihnya yang 75%, khusuk dengan ponselnya mengakses facebook maupun twitter. Belum lagi kita tidak mengetahui apa saja yang mereka kerjakan dengan situs jejaring sosial tersebut. Nah dari sinilah kita mengambil start untuk berdakwah. Ketik saja status-status religi tentang ayat-ayat alquran, hadits nabi maupun khazanah keilmuan yang dapat membangun pola pikir remaja menjadi insan yang baik. Bila anda menggunakan kartu indosat, hanya butuh 0,1 rupiah saja, anda sudah dapat menyebarkan dakwah keseluruh pengguna Facebook, apalagi kuota pertemanan FB mencapai 5000 teman, tentunya dakwah kita akan menyentuh hati ribuan orang hanya dengan sekali klik. hemm, manteb kan!

Iya kalau status dakwah kita kebaca, lha kalau tidak, sia-sia kan? Bukankah mereka lebih asyik dengan status yang berbau pacaran?
Sobat muda, tugas kita sebagai anak muda yang mencintai syiar agama hanyalah tabliq (menyampaikan), misi kita hanyalah watawaa shoubilhaq atau amar ma’run nahi munkar, soal diterima maupun tidak, dilaksanakan maupun tidak, itu hak prerogatif Allah SWT yang berkuasa membolak balikkan hati hamba-Nya. Karena itu, mari kita manfaatkan teknologi informasi ini sebagai media syiar islam. Jangan tinggalkan jamaah yang jumlahnya mencapai ribuan orang. Coba kita lihat para khotib yang khutbah dimasjid, jamaahnya paling-paling hanya seratus hingga dua ratus orang, sedangkan jamaah kita didunia maya kuotanya lebih dari itu.
Brow, kalau semuanya da’kwah lewak facebook, terus buat apa gunanya kita jariyah bangun masjid?
Waduuh, semakin berkembang saja nih pertanyaannya. Begini. Justru kita dakwah lewat media informasi FB maupun Twitter, tujuan utamanya adalah memberikan pengarahan dan penyadaran bagi mereka untuk kembali rajin berjamaah sholat lima waktu dimasjid. Ibarat sebuah pepatah “sekali dayung, dua, tiga pulau terlewati” artinya bahwa jangkauan dakwah kita tidak hanya sebatas warga kampung tempat tinggal kita, tetapi seluruh pemakai FB yang berasal dari belahan penjuru kota. Kalau kita hanya gembar-gembor lewat acara dimasjid saja, ya, yang datang ya itu-itu saja, nggak ada peningkatan sama sekali. Makanya kita manfaatkan media teknologi informasi untuk membimbing ummat agar ada kesadaran untuk kembali mengfungsikan masjid sebagai sarana persatuan umat islam melalui sholat fardhu lima waktu dengan berjamaah.
Sebenarnya dakwah menggunakan media bukan hanya diera sekarang ini, tetapi jauh sebelum islam berkembang pesat dinegeri ini, para wali songo sudah lebih duluan ajak-ajak masyarakat untuk pergi kemasjid melalui kesenian wayang, gending maupun sajak. Mengingat pada waktu itu ummat sukanya pada kegiatan semacam itu, sehingga para wali menyalurkan dakwahnya lewat media seni. Sedangkan diera kita ini zamannya sudah modern. Orang diajak menuju kebaikan dengan ceramah saja, nggak bakalan mempan. Apalagi pakai kesenian wayang, huuw, pasti dikatakan ndeso. Serba repot memang, kalau menerapkan misi mengajak kepada kebaikan. Buktinya remaja masjid mengadakan pengajian, dengan mengedarkan undangan 100 undangan, yang hadir maksimal 50%, tetapi apabila ada pertunjukan hiburan semacam musik umpamanya, tanpa diundang pun, semua orang berduyun-duyun menghadirinya. Ini merupakan fenomena nyata yang harus kita cermati. Maka dari itu kita harus dakwah mengikuti alur zaman.
Sobat muda yang baik hati. Mari kita berlomba-lomba menjadi pemuda yang dirindukan surga dengan cara gigih berdakwah mensenandungkan syiar islam dengan segenap tenaga, pikiran dan keilmuan yang kita miliki, sehingga maqoshidus Syar’i (tujuan syariat) yang sebenarnya dapat kita terapkan dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.

Jumat, 21 Maret 2014

DUA JURUS JITU DALAM PEMBELAJARAN

Ada ungkapan klasik yang sering jadi bahan bercandaan orang-orang yaitu “ Dulu tidak bisa sekarang lupa “. Kalimat ini sangat sederhana dan seakan-akan hanya sebuah bahan guyonan yang tak bernilai apa-apa, namun bila di telusuri tersimpan makna sindiran yang amat dalam maknanya dan ini seharusnya menjadi bahan sandaran perenungan bagi diri para pendidik dalam memperdalam ilmu dan mentransfer pengetahuan pada para siswanya juga bagi peserta didik dalam jenjang pembelajaran disekolah. Sebagai pendidik atau guru tentunya banyak sekali pengalaman-pengalaman yang pernah kita alami, dan dari pengalaman-pengalam tersebut menunjukkan pada kita, bahwa tidak semua yang telah kita alami dan kita pelajari melekat dalam ingatan kita. Seringkali terjadi, justru yang telah kita pelajari dengan sungguh-sungguh sukar diingat dan mudah di lupakan; sedangkan yang kita alami dan kita pelajari sepintas lalu, lama melekat dalam jiwa kita dan tidak pernah di lupakan. Apakah yang menyebabkan penyakit lupa itu mudah menghinggapi diri kita terhadap apa yang sudah kita pelajari? Atau yang menghinggapi anak didik kita dalam belajar, pada hal kita sudah ngotot menjelaskan, namun hari besoknya sudah lupa lagi ? Nah, mari kita sejenak berfikir, berangan-angan terhadap para peserta didik kita, tidak sedikit para anak didik kita yang setiap hari bergelut dengan buku dan menghangatkan bangku sekolah karena begitu lamanya harus duduk dan belajar, mendengarkan penjelasan dan keterangan dari gurunya, namun semua penjelasan yang telah disampaikan dan diajarkan guru kepadanya seringkali begitu mudahnya terlupakan. Ada sebagian guru yang mengatakan, kalau anak didiknya diajar hari ini, besoknya sudah lupa. Bahkan ada juga yang mengatakan; pagi hari diajarkan selang beberapa jam karena siswa harus istirahat dan bermain bersama teman-temannya di halaman sekolah, begitu jam masuk berbunyi dan guru mencoba bertanya terhadap apa yang telah dijelaskan pagi tadi ternyata siswa sudah lupa. Melihat fenomena seperti ini, tidak sedikit para guru naik darah dan memarahi siswanya, atau mungkin menggedor papan tulis untuk melampiaskan kejengkelannya terhadap anak didiknya.Tentunya sangat salah kaprah kalau kita lantas begitu saja memarahi anak didik kita tanpa terlebih dahulu mengkoreksi diri sendiri. Oleh karena itu bagi kita para guru atau pendidik yang di tempat kita mengajar terdapat kasus semacam ini, ada baiknya menginstropeksi diri, ada apa dengan anak didik kita? Apakah karena anak didik kita yang memang lamban menerima pelajaran? Ataukah kemampuan kita sebagai guru sangat minim atau mungkinkah model pembelajaran yang kita terapkan tidak menyenangkan dan membosankan. berdasarkan studi kasus yang pernah penulis lakukan ketika masih duduk di bangku kuliah dan penulis tindak lanjuti dengan pengalaman-pengalaman ketika mengajar disekolah. Terdapat kesimpulan bahwa tidak semua anak didik yang mengalami hal seperti diatas tersebut merupakan faktor bawaan dari diri anak, namun kebanyakan terjadi karena monotonnya model pengajaran yang disampaikan oleh guru yang tidak punya variasi dalam mengajar sehingga anak mudah bosan dan mudah lupa terhadap apa yang telah disampaikan gurunya dikarenakan ketika proses pengajaran tadi tidak terdapat suatu kesan menarik yang tertanam dalam jiwa anak didik. Sebagai solusi, penulis tawarkan salah satu diantara banyak varian metode pengajaran yaitu bernyanyi. Jangan diartikan metode pengajaran bernyanyi ini digunakan dalam KBM (Kegiatan belajar mengajar) awal hingga akhir bernyanyi melulu, tapi metode ini hanya merupakan selingan diawal, ditengah atau diakhir dalam suatu pengajaran. Sebenarnya ada apa dengan metode pengajaran dengan bernyanyi ? Ada filosofi yang harus kita fahami dari bernyanyi. Pertama; Bernyanyi mampu menggerakkan sel-sel saraf yang memicu kerja otak menjadi cepat dalam menerima pengajaran. Kedua; Orang yang bernyanyi menandakan adanya singkronisasi alam sadar dan alam bawah sadar sehingga menunjukkan bahwa orang itu lagi senang dan bahagia. Ketiga; bernyani merupakan stimulan bagi orang yang malas menjadi ceria. Berdasarkan filosofi diatas, metode pengajaran dengan bernyanyi mampu membangkitkan kerja otak dalam menerima rangsangan pengajaran dan menstimulan peserta didik untuk giat dan gembira dalam belajar sehingga peserta didik merasa dibawa dalam suatu fenomena pengajaran yang berkesan dalam hati, suatu pengajaran yang berkesan inilah yang menyebabkab siswa selalu ingat dan tidak mudah melupakan apa yang telah diajarkan guru kepadanya. Ada beberapa wacana nyata yang penulis dapatkan dari cerita orang-orang dahulu terkait dengan metode pengajaran dengan bernyanyi. Pada pendidikan zaman dahulu, dimana belum ada sekolahan formal yang ada hanya surau, langgar atau mushollah sebagai tempat belajar dan belum kenal adanya kurikulum, namun metode pengajaran bernyanyi sudah dikenal masyarakat zaman dahulu. Banyak para guru, para kyai mengajarkan muridnya dengan dilagukan atau dinyanyikan yang lebih akrab kita kenal dengan istilah Nadhoman. Namun yang terjadi, hafalan mereka sungguh luar biasa semenjak anak-anak hingga mempunyai cucu pun ajaran itu masih mereka ingat. Selain itu penulis sendiri membuktikan bahwa ketika penulis masih duduk dibangku sekolah dasar dan mendapatkan pengajaran nyanyian-nyanyian misalkan lagu-lagu perjuangan atau nama-nama nabi, malaikat atau hitungan dan nama-nama benda dalam bahasa arab yang dilagukan, ternyata hal itu sampai saya dewasa pun masih segar ingatan itu. Dilain hal ketika penulis terapkan metode bernyanyi pada pengajaran di Madrasah Ibtidaiyah yang kebetulan saya pegang mata pelajaran bahasa inggris mengenai kosa kata nama-nama binatang atau benda-benda yang ada disekitar kita yang saya bingkai dengan lagu, wal hasil siswa lebih cepat menghafalkan dari pada siswa hanya disuruh membaca dan mengingat-ingatnya satu persatu. Hal ini membuktikan bahwa metode pengajaran dengan bernyanyi sangat menunjukkan pengaruh yang sangat signifikan dalam diri peserta didik. Pendapat ini juga dikuatkan dengan wacana yang di sampaikan oleh kak Seto Mulyadi, seorang seniman sekaligus ketua Komnas Perlindungan Anak yang sempat markir dalan suatu tayangan dialog dalam salah satu televisi swasta. Mengatakan bahwa jiwa peserta didik utamanya dalam jenjang sekolah dasar harus disuguhkan dengan situasi yang bernuansa menyenangkan seperti bernyanyi, games dan berolah raga. Sedang metode yang kedua adalah games, karena antara metode pembelajaran dengan bernyanyi dan games memiliki alur yang sama dimana mampu membawa anak didik kita pada menjadi ceria, giat dan aktif dalam

Sejarah Berdirinya MI. Qomarul Wathon

Sejalan dengan berkembangnya peradapan zaman yang menyelimuti bangsa-bangsa didunia khususnya indonesia setelah hampir ± 3,5 abad atau 350 tahun indonesia sengsara dan menderita akibat dijajah oleh kolonial belanda menyebabkan rakyat indonesia mengalami keterpurukan karena susahnya memperoleh pendidikan. Sementara itu tidak dapat disangkal bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian dan perilaku manusia. Pada era kemerdekaan tahun 1945 negara indonesia setapak demi setapak mulai memperhatikan betapa pentingnya sebuah pendidikan dan pengajaran. Di era ini masih jarang sekali adanya tempat-tempat sekolah, kalau pun ada juga modelnya bukan sekolah seperti halnya era sekarang ini tetapi masih bersifat klasik atau tradisional dimana orang-orang mendapatkan pendidikan melalui langgar-langgar, pondok pesantren bahkan juga ada rumah-rumah penduduk yang dijadikan tempat belajar. Hal ini sesuai dengan keadaan sekitar tahun 1951 tepatnya di Desa Turi Kec. Turi Lamongan, sebuah desa yang penduduknya mayoritas beragama islam ala Nahdlatul Ulama (NU) ini mulai memandang pentingnya sebuah pendidikan. Pendidikan masa itu diprioritaskan pada pendidikan keagamaan mengingat penduduk desa Turi masih banyak yang kurang memahami ajaran islam dengan benar. Berawal dari inisiatif pemikiran salah satu tokoh masyarakat yang bernama Mbah H. Abdul Karim yang pada saat itu beliau menjabat sebagai ketua ranting Nahdlatul Ulama Desa Turi mencoba mencetuskan gagasannya untuk membentuk lembaga pendidikan . Dari ide dan gagasannya itu beliau mengumpulkan tokoh masyarakat lainnya yang di anggap mempunyai kemampuan untuk di ajak bermusyawarah terkait dengan ide dan gagasannya tersebut. Orang-orang yang terlibat dalam musyawarah itu berjumlah 9 orang yang seterusnya di sebut sebagai tim sembilan, yaitu suatu tim yang mempunyai misi untuk membentuk dan mendirikan lembaga pendidikan di Desa Turi pada waktu itu. Adapun nama-nama yang tergabung dalam tim sembilan itu yaitu : 1. Mbah H. Abdul Karim ( ketua Ranting NU Desa Turi tahun 1951 ) 2. bah Ahmad ( Kepala Desa Turi tahun 1951 ) 3. Mbah H. Hasyim 4. Mbah H. Ichsan 5. Mbah H. Akbar 6. MMbah Marjais 7. Mbah Taslim 8. Mbah Mu’alim 9. Mbah Ra’is. Dari sembilan orang diatas itulah yang kemudian diadakan rapat atau musyawarah untuk merencanakan pendirian lembaga pendidikan pertama kalinya di Desa Turi karena mengingat kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang agama islam. Pembahasan rapat tim sembilan merupakan hal yang tidak mudah karena dalam pendirian lembaga pendidikan di perlukan biaya yang sangat besar untuk menyediakan tempat dan bangunan tempat belajar, sedangkan pada waktu itu rata-rata keadaan ekonomi masyarakat Desa Turi masih menengah kebawah karena dampak dari penjajahan kolonial belanda. Rasanya tidak pantas kalau pendirian lembaga pendidikan ini harus dibebankan kepada masyarakat mengingat masyarakat masih 75 % hidup dalam kemiskinan hal inilah yang terselib dalam benak pemikiran tim sembilan tersebut, perasaan tidak tega menjadi bahan masukan dalam rapat pendirian lembaga pendidikan. Meskipun rapat berjalan lambat karena banyak kekurangan dalam pembiayaan untuk membeli sebidang tanah dan membuat bangunan untuk lembaga pendidikan nantinya, namun masih ada jalan keluar dari hambatan dan kendala yang di hadapi tim sembilan dalam mendirikan lembaga pendidikan pertama di Desa Turi tersebut. Akhirnya rapat memutuskan dibentuknya lembaga pendidikan dengan nama madrasah Diniyah pada tahun 1951, selisih 2 tahun dari diakuinya kemerdekaan Indonesia oleh negara-negara Dunia melalui Konferensi Meja Bundar (KMB). Adapun tempat dan bangunan untuk kegiatan pengajaran seperti yang menjadi kendala rapat diatas di putuskan bahwa kegiatan mengajar di madrasah Diniyah untuk sementara waktu bertempat di sebelah timur telaga Desa Turi kira-kira 50 meter ke arah tenggara. Dengan tenaga pengajar terdiri dari tiga orang yaitu Ust. Maskur Taslim, Ust. Shodiq dan Ust. Ghufron. Kegiatan belajar ditempat itu tidak berlangsung lama karena terdapat perbedaan pendapat tentang tata cara syiar agama islam dan organisasi yang dinaungi, maka kegiatan belajar mengajar di Madrasah Desa Turi dipindahkan ke Rumah Mbah H. Abdul Karim sampai madrasah mampu membeli tanah untuk mendirikan bangunan madrasah Diniyah sendiri dan rapat juga memutuskan Mbah H. Abdul Karim sebagai Ketua Pengurus Madrasah Diniyah sampai dengan sekitar tahun 1968. Dalam kurun waktu ± 5 tahunan kepengurusan mbah H. Abd. Karim Madrasah Diniyah sudah mampu membeli sebidang tanah untuk didirikan bangunan madrasah nantinya. Namun mengingat lokasi yang kurang strategis, akhirnya tanah tersebut di tukarkan dengan sebidang tanah milik mbah tayeb yang ada di pinggir sungai desa Turi kira-kira 15 meter sebelah selatan masjid. Kemudian dalam perkembangannya, salah satu tokoh pendiri Madrasah yang tergabung di Tim Sembilan yaitu Mbah Marja'is (ayah dari bapak Abd. Hamid) mewakafkan tanahnya yang kebetulan tepat di sebelah selatan masjid untuk di wakafkan ke Madrasah sehingga lokasi madrasah menjadi lebar dan strategis karena berada di tengah-tengah Desa dan dekat dengan masjid. Akhirnya Madrasah Turi bisa membangun gedung sendiri yang sangat sederhana, walaupun masih terbuat dari kayu preng dan berlantai tanah namun dirasa sudah cukup untuk dibuat kegiatan pembelajaran. Kemudian selanjutnya kepengurusan diteruskan oleh Mbah H. Hasyim sampai dengan tahun 1960. Waktu terus berjalan hingga memasuki pertengahan tahun 1960 kepengurusan Madrasah Diniyah Turi di pegang oleh Ust. Fathur Rohman yang merangkap sebagai kepala sekolah. Dalam kepengurusan beliau ini terjadi banyak perubahan dan pembaharuan bahkan terdapat peristiwa yang sangat penting yaitu adanya perubahan nama Madrasah Diniyah menjadi Madrasah Ibtidaiyah Qomarul Wathon. Setelah itu memasuki tahun ± 1970 kepengurusan MI. Qomaru Wathon di pegang oleh Bapak Masman hingga tahun 1990, regenerasi kepengurusan harus lanjutkan pada kader-kader muda desa Turi, dan hasilnya kepengurusan MI. Qomarul Wathon di serahkan pada Bapak Ahsin Rohman hingga tahun 2002. untuk memacu semangat pembangunan dan perjuangan lembaga pendidikan di madrasah, maka selanjutnya kepengurusan MI. Qomaru Wathon di pegang oleh Bapak Drs. Hadi susiswo beberapa periode hingga sekarang ini

Jumat, 07 Maret 2014

Dari Cinta Timbul Hidayah

Dari Cinta Timbul Hidayah
Pernahkah anda mendengar ungkapan pepatah jawa “witin tresno jalaran soko kulino”? Ya, kalimat itu tepat sekali. Maksudnya bahwa cinta itu terbangun karena terbiasa bertemu, bercakap-cakap dan akrab). Bila kita amati semua orang yang menjalin cinta kasih didunia ini berawal dari sana. Tak kenal, kemudian kenal, sering ketemu, saling memahami dan merasa ada kecocokan, maka timbullah perasaan suka. Ada sebuah cerita tentang seorang laki-laki yang bernama Syafi’i. Orangnya bertubuh kekar, tinggi dan lumayan tampan. Bila dilihat dari namanya tentu anda menyangka bahwa dia adalah seorang baik-baik atau mungkin bayangan anda adalah seorang ustad. Tetapi kenyataannya tidak. Syafi’i adalah seorang tukang copet yang selalu beroperasi dikawasan Kenjeran Surabaya. Hari-harinya hanya diisi dengan kegiatan mencari uang haram, berjudi dan mabuk-mabukan bersama teman-temannya. Akibat dari kebiasaan buruknya itu dia harus keluar masuk penjara. Meskipun begitu tidaklah membuatnya jera atau berhenti dari pekerjaannya menjadi tukang copet. Suatu hari ada seorang gadis cantik berjilbab sambil membawa tas yang berjalan melintasi sebuah trotoar tempat Syafi’i mangkal untuk mencari mangsa. Melihat gadis itu, Syafi’i segera membuntutinya dari belakang hingga tepat pada tempat yang nggak begitu ramai dan tak ada yang memperhatikan kearahnya, seketika Syafi’i menyabet tas yang berada dipundak lengan kiri gadis tersebut dan membawa lari sekencang-kencangnya. Gadis itu pun meronta-ronta copet...copet..copet, akan tetapi Syafi’i sudah melesat jauh tak terkejar lagi. Sungguh girang hati Syafi’i karena berhasil lolos dengan membawa sebuah tas copetannya, sambil ngos-ngosaan dibukalah tas itu berharap didalamnya terdapat uang yang banyak, ternyata isinya bukanlah uang melainkan sebuah buku diary, satu buah kitab suci Al-Qur’an berukuran kecil dan satu tongkat penunjuk. Gadis yang dicopet tadi adalah seorang guru ngaji diTaman Pendidikan Al-Qur’an. Melihat bahwa tas hasil copetannya tidak berisi uang, dia menghela nafas panjang sambil merebahkan tubuhnya yang seakan tak percaya, masak gadis secantik itu didalam tasnya tak ada isinya uang. Syafi’i makin penasaran dan berniat lain kali jika gadis itu lewat lagi dia akan mencopetnya lagi. Tak hayal, dia melihat gadis itu lagi sedang berangkat melakukan tugasnya mengajar mengaji, si Syafi’i pun kembali diam-diam membuntutinya dari belakang. Tapi kali ini hari yang na’as baginya, ketika dia menyabet tas gadis itu, dengan sergap ditahannya tangan Syafi’i. Gadis itu berkata : “ hai mas, jangan lancang ya, apa si yang kamu mau? Kamu butuh uang? Sambil membuka tasnya dikeluarkan uang seratus ribu “nih kamu ambil. Ingat kamu masih muda, masih kuat bekerja, tunjukkan bahwa kamu bukan orang lemah. Kalau nggak bisa bekerja jangan jadi pencopet, lebih baik langsung minta dengan cara baik-baik”. Gadis itu pun melanjutkan perjalanannya. Hari demi hari syafi’i tak bisa tidur memikirkan ucapan gadis tadi, akhirnya dia memutuskan untuk mengembalikan uang itu kerumahnya. Didalam tas yang ia copet tempo hari terdapat alamat rumahnya, tanpa pikir panjang ia mendatangi rumah gadis itu dengan niat mengembalikan uang dan tas yang dirampasnya sekaligus minta maaf. Sampai didepan rumahnya dia mengetuk pintu “ assalamu’alaikum” Wa’alaikum salam. Jawab gadis tersebut. Ketika pintu rumahnya dibuka gadis itu pun kaget “ oh kamu kan yang kemarin mencopet tas saya”ada apa kamu kesini? Dengan tertunduk malu syafi’i menjawab: saya kesini bermaksud meminta maaf atas prilaku saya terhadap mbak. Saya menyesal dan mengaku salah mbak. Maukah kamu memaafkanku? Ini uang dan tas kamu, semuanya masih utuh. Gadis itu pun mempersilahkan masuk, kenapa uangnya juga dikembalikan, saya ihlas kog, ambil saja barangkali kamu membutuhkan. Siapa namamu? Nama saya Syafi’i. Gadis itu berkata:” jujur saja mas, saya kagum dengan keberanianmu mengembalikan tas yang sudah kamu copet. Tapi sudah lah, saya maafkan kesalahanmu. Nama saya Latifah. Sambil memperkenalkan diri, Latifah memberi saran kepada Syafi’i untuk meninggalkan pekerjaannya menjadi pencopet. “ Mas, maaf ya sebelumnya, saya sarankan, lebih baik mas cari pekerjaan lain, gaji kecil tidak apa-apa yang penting halal”. Dengan menunduk Syafi’i menjawab: “ iya mbak. Latifah melanjutkan perkataannya: “terus sekarang ini kamu tinggal dimana? Syafi’i menjawab: “saya sudah tidak punya tempat tinggal, karena sudah habis saya jual untuk bermain judi, saya jadi orang jalanan mbak, kedua orang tuaku pun sudah meninggal lima tahun yang lalu. Maaf mbak, sudah siang, saya mohon pamit, sekali lagi terima kasih karena sudah berkenan memaafkan kesalahan saya. Assalamu’alaikum. syafi’i pun pergi dari rumahnya latifah. Tiga hari kemudian, Latifah melewati jalan dimana ia dicopet, tetapi latifah sudah tak melihat syafi’i mangkal di trotoar itu lagi. Mungkin karena saran darinya, dia meninggalkan pekerjaanya jadi pencopet. Sudah beberapa minggu, setiap Latifah lewat jalan itu tak pernah melihat syaf’i. Ternyata dia memang benar-benar sudah tak mencopet dan beralih pekerjaan menjadi tukang becak. Suatu hari Latifah pergi kepasar berbelanja keperluan dapur, karena kebetulan ibunya juga sudah tua, dan ayahnya juga sudah meninggal, jadi dia sendiri yang mencukupi kebutuhan keluarga. Setelah selesai berbelanja satu keranjang penuh, Latifah berniat naik becak karena barang belanjaanya lumayan berat. Didepan pintu keluar pasar terdapat tukang becak yang sedang menyandarkan kepalanya sambil menunggu penumpang. Latifah menghampirinya, “becak pak”, tukang becak bergegas bangun. Ketika dilihatnya “lho kog kamu”, keduanya sama-sama kaget. Latifah pun memulai pembicaraan “apa kabarnya mas, sudah lama jadi tukang becak?” Syafi’i menjawab “baru dua minggu mbak, yaa, saya sadar mbak selama ini saya berada pada jalan yang nggak bener, ini semua karena nasihat mbak lho” latifah menjawab “ ahh kamu bisa saja mas”. sambil mengayuh laju becaknya, syafi’i pun ngobrol banyak sama latifah. Oh iya mbak, setiap mbak mengajar ngaji kog jalan kaki saja, gimana kalau saya yang mengantarkan?, latifah menjawab: “terima kasih mas, saya biasa jalan kaki, nanti malah ngrepotin”. Nggak mbak... nggak ngrepotin. Akhirnya sampai pula didepan rumahnya Latifah. Sambil menurunkan barang belanjaannya, latifah menanyakan ongkos becaknya, “berapa mas ongkosnya?, sudah mbak nggak usah, hitung-hitung sebagai penebus rasa bersalah saya dulu, “jangan gitu mas, kalau pean gini ya nggak dapat uang” sahut latifah. Dengan malu-malu syafi’i menerima uang dari latifah. Sore harinya sewaktu Latifah hendak berangkat mengajar ngaji, dijemput syafi’i dan diantarkannya hingga tempat dimana ia mengajar, dan begitu seterusnya. saking seringnya bertemu dan bercakap-cakap itu, membuat hati syafi’i timbul rasa suka terhadap latifah, hanya saja dia tak berani mengungkapkannya, karena dia sadar bahwa latifah seorang guru ngaji sedangkan dirinya mantan pencopet. Tetapi dari perasaan cintanya kepada latifah, ia semakin tergugah untuk merubah dirinya menjadi orang yang baik, dia taubat dan memilih jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Niat taubatnya itu betul-betul dilaksanakan, terbukti ia rajin sholat kemasjid, rajin puasa sunnah, dan tak tanggung-tanggung dia seringnya berbagi makanan dengan anak-anak yatim, meskipun sebenarnya hasil dari menarik becak tidaklah seberapa, namun dia ihlas berbagi dengan mereka-mereka yang senasib dengannya. Hal itu pun mendapat respon yang positif dari latifah, dengan diberinya motivasi agar syafi’i dapat menikmati dunia barunya dengan berbuat kebajikan. Melihat kesungguhan syafi’i dalam hijrah menuju jalan yang diridhoi Allah SWT, akhirnya latifah pun tersentuh hati dan menyukainya, sehingga bersatulah cinta dua muda-mudi yang berbeda latar belakangnya itu. Subhanallah...itulah Hidayah Allah SWT. Berawal dari cinta berubah menjadi Hidayah. Inilah jalan Allah, bila Dia sudah menghendaki, maka tak ada satupun yang mampu menolak atau menghadangnya.

RENCANA PEKAN EFEKTIF TAHUN 2013/2014


PENGERTIAN PEKAN EFEKTIF
Pekan Efektif adalah hitungan hari-hari efektif yang ada pada tahun pelajaran berlangsung. Untuk menyusun RPE yang harus dilihat dan diperhatikan adalah kalender akademik yang sedang berlangsung yang menjadi pedoman sekolah dalam menetapkan jumlah minggu atau pekan efektif.

CARA MENGHITUNG PEKAN EFEKTIF
Untuk lebih memudahkan dalam menghitung jumlah pekan efektif dalam satu semester sebaiknya menentukan terlebih dahulu jumlah hitungan hari-hari efektifnya dalam satu semester.

BANYAK PEKAN TIDAK EFEKTIF
Pekan tidak efektif adalah banyaknya pekan yang terdapat dalam kalender pendidikan tetapi tidak dapat dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran / tatap muka terstruktur dalam melaksanakan kegiatan pelaksanaan materi pembelajaran dikelas

BANYAK PEKAN EFEKTIF
Jumlah semua Pekan dikurangi jumlah Pekan Tidak Efektif = Jumlah Efektif

DISTRIBUSI ALOKASI WAKTU
Pembagian / pendistribusian jumlah pekan efektif kedalam kegiatan-kegiatan pembelajaran selama satu semester berjalan. Komponen dalam distribusi alokasi waktu mencakup kegiatan sebagai berikt:
a.       Tatap Muka
b.       Ulangan Harian
c.       UTS
d.       UAS
e.       Remidi


RINCIAN HARI EFEKTIF
Nama Sekolah                    :   MI. Qomarul Wathon
Mata Pelajaran                   :   PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Kelas / Semester               :   VI / I
Tahun  Pelajaran               : 2013 / 2014

NO
SEMESTER I
HARI EFEKTIF
JUMLAH
SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
JUM’AT
SABTU
1
JULI 2013
1
1
1
0
0
0
3
2
AGUSTUS 2013
2
2
2
2
2
2
12
3
SEPTEMBER 2013
5
4
4
4
4
4
25
4
OKTOBER 2013
4
4
5
5
4
4
26
5
NOPEMBER 2013
4
3
4
4
5
5
25
6
DESEMBER 2013
3
3
3
3
3
3
18

JUMLAH
19
17
19
18
18
18
109

NO
SEMESTER I
HARI EFEKTIF
JUMLAH
SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
JUM’AT
SABTU
1
JANUARI 2013
4
3
4
4
4
3
22
2
FEBRUARI 2013
4
4
4
4
4
4
24
3
MARET 2013
5
4
4
4
4
5
26
4
APRIL 2013
4
5
5
4
3
4
25
5
MEI 2013
4
3
4
3
5
5
24
6
JUNI 2013
3
3
3
2
3
3
17

JUMLAH
24
22
24
21
23
24
138

Mengetahui
Kepala

K.H. Khoiri, S.Ag, M.A
Lamongan, 16 Juli 2013
Guru

I S H A Q, S.Pd



RENCANA PEKAN EFEKTIF ( RPE )

SATUAN PENDIDIKAN                   :  MI
MATA PELAJARAN                         :  PKn
KELAS/ SEMESTER                         :  V I/ GASAL
ALOKASI WAKTU/ PEKAN            :  2X 35 Menit/Pertemuan

1.     PEKAN EFEKTIF SEKOLAH
a.        Hari Mengajar ( Senin )
HARI
JULI
AGUST
SEP
OKT
NOP
DES
JAN
JMLH
Senin
1
2
5
4
4
3
0
19

b.     Banyaknya Pekan Efektif Sekolah
NO
BULAN
BANYAK PEKAN
1
JULI
1
2
AGUSTUS
2
3
SEPTEMBER
5
4
OKTOBER
4
5
NOPEMBER
4
6
JANUARI
3

JUMLAH
19


II.  JUMLAH PEKAN TIDAK EFEKTIF
1. MOS                                                           : 1 PEKAN
2. CLASS MEETING                                   : .... PEKAN
JUMLAH                                                        : 1 PEKAN
III.  JUMLAH PEKAN EFEKTIF PEMBELAJARAN ( PEP )
PES 19  – PTE – 1 18 ( PEP ) MINIMAL 17 DALAM SATU SEMESTER
 IV.   BANYAKNYA JAM PEMBELAJARAN EFEKTIF
18 X 2 = 36 JAM PELAJARAN
V.   DISTRIBUSI ALOKASI WAKTU
UJI KOMPETENSI                                       : 3     X    2    = 6
UTS                                                                 :1      X    2    = 2
UAS                                                                 :1      X   2     = 2
CADANGAN                                                 :1        X  2    =  2
TATAP MUKA                                                :12     X   2    = 24                


JUMLAH                                                         :18      X   2   =36