Jangan Tangisi Susu Yang Tumpah Kemarin
Ada sebuah ungkapan klasik berbunyi: “Di dunia ini, sebenarnya, tiada sesuatu yang baru!” Sekiranya kita melihat dari segi tabiat, keinginan dan perwatakan manusia, sejak dahulu hinggalah sekarang ini, maka ungkapan di atas amat tepat. Manusia memang mempunyai tabiat dan kecenderungan yang sama, yang itu juga: ada persahabatan dan perselisihan, ada kezaliman dan ada pula keadilan, ada saat berdamai dan ada ketikanya berperang. Malah, ada bangsa yang bangun dan maju, ada pula bangsa yang jatuh tersungkur. Begitu jugalah dengan tamadun serta peradabannya.
Allah SWT menyeru manusia supaya mengambil pengajaran dari peristiwa lalu, kejadian dan peristiwa yang sudah dilalui oleh umat terdahulu. Dari sini jelaslah bahawa kehidupan manusia merupakan streotaip, suatu pengulangan dari yang sudah pernah ada atau dialami umat yang sebelum kita. Apa yang kita hadapi sekarang sudah pernah dilalui oleh umat atau generasi yang sebelum kita, dan ini juga akan dialami oleh generasi yang selepas kita nanti. Jadi kita dituntut supaya mengambil pengajaran dari peristiwa lampau atau kejadian pada generasi terdahulu, supaya kita dapat memperbaiki keadaan yang sedang dan akan berlaku.
Allah SWT berfirman:
Maka ambil iktibar (pengajaran), wahai orang-orang yang mempunyai penglihatan. (59: 2)
Begitu manusia berganti dan masa berubah, namun watak dan kecenderungannya tetap juga serupa. Maka, memandang ke belakang, sejarah manusia yang panjang itu, melahirkan kebijaksanaan. Cara ini akan dapat menembus masa lalu sambil memperhatikan pelbagai peristiwanya, membahas nasihat-nasihatnya, dan mengambil bekal dari percubaan-percubaan orang-orang terdahulu, lalu kita tahu bagaimana mereka menjauhkan diri mereka dari kesesatan. Inilah pandangan seorang mukmin yang bijaksana.
Allah SWT berfirman, yang maksudnya: Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengannya mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengannya mereka dapat mendengar? Kerana, sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (22:46)
Seandainya kita menyempatkan diri membolak-balik lembaran Al-Quran nescaya kita akan banyak menjumpai kisah yang sengaja Allah abadikan di dalamnya untuk tatapan manusia seperti kita, yakni yang berkenaan dengan kejadian-kejadian pada masa lalu, termasuklah di dalamnya pengalaman yang dilalui orang-orang yang bertakwa, juga akibat yang ditanggung oleh orang-orang yang berbuat dosa. Pendek kata, pertentangan antara kebaikan dan kejahatan. Kesenuanya dijelaskan dan dibentangkan oleh al-Quran di hadapan kita dengan jelas supaya kita mahu dan bersedia memperhatikan dan memikirkannya.
Allah s.w.t. berfirman, yang maksudnya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran. Al-Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi ia membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (12: 11)
Kalaulah kita benar-benar ingin menjadi manusia yang mengenali inti kemanusiaan, maka seharusnya kita bersedia mengarahkan pandangan kita ke pangkuan sejarah. Menerusi kejadian yang benar dan batas-batas yang jelas inilah seharusnya kita pelajari masa lampau itu. Mengimbas kembali waktu lampau itu bukanlah untuk memperbaharui rasa sedih atau mengungkit luka lama hingga berdarah semula, atau berputar di sekitar tragedi yang menyakitkan hati kita, lalu kita berkata: sekiranya, seandainya atau kalaulah dan sebagainya. Kata-kata seperti ini sangat dibenci oleh Islam. Bahkan, sikap ini merupakan resmi atau kebiasaan orang-orang munafik dan yang di dalam hatinya ada penyakit.
Dale Carnegie mengatakan hal yang benar, dan saya mengerti hal tersebut, tetapi apakah kita memiliki keberanian yang cukup untuk melakukannya? Kemudian beliau melanjutkan:
“Apabila sampai pada suatu pagi, semua murid dalam kelas disuruh masuk ke makmal. Tidak berapa lama setelah itu, Mr. Brandwine datang dengan membawa segelas susu yang kemudian diletakkan di atas meja yang ada di hadapannya. Kami semua memandang ka arah gelas yang berisi susu itu dan bertanya-tanya dalam hati: Apa pula gerangan hubungan susu dalam gelas itu dengan pelajaran yang akan diterangkannya kali ini? Mr. Brandwine berdiri serta merta dari kerusinya, lalu tangannya tersentuh gelas berisi susu tersebut hingga ia jatuh berkecai dan isinya tumpah ke tanah. Kemudian, dengan suara yang hampir berteriak, beliau berkata kepada kami:
"Jangan tangisi susu yang tertumpah!”
“Kemudian ia meminta kami semua melihat pecahan-pecahan gelas dan cairan susu yang telah meresap ke dalam tanah itu, lalu ia berkata: “Cuba lihat baik-baik, saya ingin kamu meresapkan pelajaran ini kedalam hati untuk selama-lamanya. Susu tadi telah hilang seperti yang kamu lihat, meresap kedalam tanah. Tidak ada satu kekuatanpun yang mampu mengembalikannya walau hanya setitis. Barangkali, jika kita mahu berfikir dan berhati-hati, mungkin kita dapat mengelakkan kejadian tersebut, tetapi kini segalanya telah terlambat. Apa yang dapat kita kerjakan sekarang adalah melapnya dan melupakannya. Lalu, kita teruskan pekerjaan lain yang masih tersisa, yang perlu diselesaikan.
Alangkah tepatnya pengajaran tersebut, dan hal yang hampir sama disebut dalam hadis yang berikut ini: Minta tolonglah kepada Allah dan jangan menjadi lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu maka janganlah mengatakan: “Seandainya aku mengerjakan begini maka akan menjadi begitu!” Tetapi katakanlah: “Itu semua adalah takdir Allah, apa yang dikehendaki-Nya dibuat-Nya.” Sebab, perkataan: “seandainya…” itu akan membuka pintu buat syaitan.
Keberanian untuk melepaskan masa lalu, maka kita, dengan izin Allah, mampu meneruskan perjalanan hidup kita dengan penuh semangat dan harapan semoga di lain kali berjaya.
Minggu, 04 Desember 2011
MENAHAN AMARAH
MENAHAN AMARAH
Oleh : Nasher Akbar
”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali-Imron: 133-134).Amarah merupakan tabiat manusia yang sulit untuk dikendalikan. Dan, Allah menjadikan orang yang mampu untuk menahan amarahnya sebagai salah satu ciri orang yang bertakwa. Di samping itu Allah akan memberikan pahala kepada orang yang menahan amarahnya lalu memaafkan mereka yang menyakitinya. Allah berfirman, ”Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Asy-Syuura: 40).Abu hurairah meriwayatkan bahwa pada suatu hari, seorang lelaki mendatangi Rasulullah SAW. Ia berkata kepada beliau. Ya Rasulullah! Nasihatilah saya! Sabdanya, ”Janganlah engkau marah.” Lalu beliau ulangkan beberapa kali, dan sabdanya, ”Jangan engkau marah.” (HR Bukhori).Penekanan Rasulullah SAW di atas menunjukkan betapa pentingnya menahan amarah. Karena ia adalah penyebab terjadinya pertikaian, perpecahan, dan permusuhan. Dan bila ini terjadi, maka akan membawa dampak negatif kepada umat Islam. Oleh sebab itu pula, Islam tidak membenarkan seorang Muslim untuk saling bertikai dan saling berpaling satu sama lain melebihi dari tiga malam. Sahabat Abu Bakar ra pernah mendapatkan teguran dari Allah SWT karena kemarahan yang dilakukannya dengan bersumpah untuk tidak memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri Aisyah. Allah berfirman, ”Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat-(nya). Betapa indahnya dunia ini, jika setiap orang berusaha menahan amarahnya. Pertikaian, kerusuhan, permusuhan di mana-mana tidak akan terjadi. Karena kejahatan yang dibalas dengan kejahatan tidaklah memberikan solusi, namun menambah persoalan dan memperpanjang perselisihan.
Sumber : Republika
Oleh : Nasher Akbar
”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Ali-Imron: 133-134).Amarah merupakan tabiat manusia yang sulit untuk dikendalikan. Dan, Allah menjadikan orang yang mampu untuk menahan amarahnya sebagai salah satu ciri orang yang bertakwa. Di samping itu Allah akan memberikan pahala kepada orang yang menahan amarahnya lalu memaafkan mereka yang menyakitinya. Allah berfirman, ”Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Asy-Syuura: 40).Abu hurairah meriwayatkan bahwa pada suatu hari, seorang lelaki mendatangi Rasulullah SAW. Ia berkata kepada beliau. Ya Rasulullah! Nasihatilah saya! Sabdanya, ”Janganlah engkau marah.” Lalu beliau ulangkan beberapa kali, dan sabdanya, ”Jangan engkau marah.” (HR Bukhori).Penekanan Rasulullah SAW di atas menunjukkan betapa pentingnya menahan amarah. Karena ia adalah penyebab terjadinya pertikaian, perpecahan, dan permusuhan. Dan bila ini terjadi, maka akan membawa dampak negatif kepada umat Islam. Oleh sebab itu pula, Islam tidak membenarkan seorang Muslim untuk saling bertikai dan saling berpaling satu sama lain melebihi dari tiga malam. Sahabat Abu Bakar ra pernah mendapatkan teguran dari Allah SWT karena kemarahan yang dilakukannya dengan bersumpah untuk tidak memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri Aisyah. Allah berfirman, ”Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat-(nya). Betapa indahnya dunia ini, jika setiap orang berusaha menahan amarahnya. Pertikaian, kerusuhan, permusuhan di mana-mana tidak akan terjadi. Karena kejahatan yang dibalas dengan kejahatan tidaklah memberikan solusi, namun menambah persoalan dan memperpanjang perselisihan.
Sumber : Republika
ARTI CINTA DAN DICINTAI
ARTI CINTA DAN DICINTAI
Sangatlah menyakitkan mencintai seseorang, tetapi tidak dicintai olehnya. Tetapi lebih indah untuk mencintai dan tidak pernah menemukan keberanian untuk memberitahu mereka apa yang kamu rasakan.
Mungkin Tuhan menginginkan kita untuk bertemu dengan orang yang tidak tepat sebelum bertemu dengan yang tepat. Jadi ketika kita akhirnya bertemu dengan orang yang tepat, kita akan tahu betapa berharganya anugerah tersebut.
Cinta adalah ketika kamu membawa perasaan, kesabaran dan romantis dalam suatu hubungan dan menemukan bahwa kamu peduli dengan dia. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi. Ketika pintu kebahagiaan tertutup, yang lain terbuka. Tetapi kadang-kadang kita menatap terlalu lama pada pintu yang telah tertutup itu sehingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka untuk kita.
Teman yang terbaik adalah teman dimana kamu dapat duduk bersamanya dan merasa terbuai, dan tidak pernah mengatakan apa-apa dan kemudian berjalan bersama. Perasaan seperti itu adalah percakapan termanis yang pernah kamu rasakan. Benarlah bahwa kita tidak tahu apa yang kita dapatkan sampai kita kehilangan itu ?? Tetapi benar juga bahwa kita tidak tahu apa yang hilang sampai itu ada.
Memberikan seseorang semua cintamu tidak pernah menjamin bahwa mereka akan mencintai kamu juga !!! Jangan mengharapkan cinta sebagai balasan, tunggulah sampai itu tumbuh didalam hati mereka. Tetapi jika tidak, pastikan dia tumbuh didalam hatimu
Ada hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang dari mereka kamu ingin dengar. Tetapi jangan sampai kamu menjadi tuli walaupun kamu tidak mendengar itu dari seseorang yang mengatakan itu dari hatinya.
Jangan pernah berkata selamat tinggal jika kamu masih ingin mencoba. Jangan menyerah selama kamu merasa masih dapat maju. Jangan pernah berkata kamu tidak mencintai orang itu lagi bila kamu tidak bisa membiarkannya pergi. Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangun kembali kepercayaan.
Hanya perlu satu menit untuk menghancurkan seseorang, satu jam untuk menyukai seseorang, satu hari untuk mencintai seseorang tetapi membutuhkan seumur hidup untuk melupakan seseorang.
Jangan melihat dari wajah, itu bisa menipu. Jangan melihat kekayaan, itu bisa menghilang. Datanglah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum karena sebuah senyuman dapat membuat hari yang gelap menjadi cerah. Berharaplah kamu dapat menemukan seseorang yang dapat membuatmu tersenyum. Ada saat di dalam kehidupanmu dimana kamu sangat merindukan seseorang, kamu ingin mengambil mereka dari mimpimu dan benar-benar memeluk dia.
Berharaplah bahwa kamu dapat bermimpi tentang dia, yang berarti mimpilah apa yang ingin kamu mimpikan, pergilah kemana kamu ingin pergi, jadilah sesuai dengan keinginan kamu, karena kamu hanya hidup sekali dan satu kesempatan untuk melakukan apa yang kamu inginkan.
Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk membuat kamu bahagia, cukup cobaan untuk membuat kamu kuat, cukup penderitaan untuk membuat kamu menjadi manusia yang sesungguhnya, dan cukup harapan untuk membuat kamu bahagia.
Selalu letakkan dirimu pada posisi orang lain. Jika kamu merasa bahwa itu menyakitkan kamu, :mungkin itu menyakitkan orang itu juga. Kata-kata yang ceroboh dapat mengakibatkan perselisihan, kata-kata yang kasar bisa membuat celaka, kata-kata yang tepat waktu dapat mengurangi ketegangan, kata-kata cinta dapat menyembuhkan dan menyenangkan. :Permulaan cinta adalah dengan membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak membentuk mereka menjadi sesuai keinginan kita.
Dengan kata lain kita mencintai bayangan kita yang ada pada diri mereka. Orang yang bahagia tidak perlu memiliki yang terbaik dari segala hal. Mereka hanya membuat segala hal yang datang dalam hidup mereka menjadi yang terbaik.
Sangatlah menyakitkan mencintai seseorang, tetapi tidak dicintai olehnya. Tetapi lebih indah untuk mencintai dan tidak pernah menemukan keberanian untuk memberitahu mereka apa yang kamu rasakan.
Mungkin Tuhan menginginkan kita untuk bertemu dengan orang yang tidak tepat sebelum bertemu dengan yang tepat. Jadi ketika kita akhirnya bertemu dengan orang yang tepat, kita akan tahu betapa berharganya anugerah tersebut.
Cinta adalah ketika kamu membawa perasaan, kesabaran dan romantis dalam suatu hubungan dan menemukan bahwa kamu peduli dengan dia. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi. Ketika pintu kebahagiaan tertutup, yang lain terbuka. Tetapi kadang-kadang kita menatap terlalu lama pada pintu yang telah tertutup itu sehingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka untuk kita.
Teman yang terbaik adalah teman dimana kamu dapat duduk bersamanya dan merasa terbuai, dan tidak pernah mengatakan apa-apa dan kemudian berjalan bersama. Perasaan seperti itu adalah percakapan termanis yang pernah kamu rasakan. Benarlah bahwa kita tidak tahu apa yang kita dapatkan sampai kita kehilangan itu ?? Tetapi benar juga bahwa kita tidak tahu apa yang hilang sampai itu ada.
Memberikan seseorang semua cintamu tidak pernah menjamin bahwa mereka akan mencintai kamu juga !!! Jangan mengharapkan cinta sebagai balasan, tunggulah sampai itu tumbuh didalam hati mereka. Tetapi jika tidak, pastikan dia tumbuh didalam hatimu
Ada hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang dari mereka kamu ingin dengar. Tetapi jangan sampai kamu menjadi tuli walaupun kamu tidak mendengar itu dari seseorang yang mengatakan itu dari hatinya.
Jangan pernah berkata selamat tinggal jika kamu masih ingin mencoba. Jangan menyerah selama kamu merasa masih dapat maju. Jangan pernah berkata kamu tidak mencintai orang itu lagi bila kamu tidak bisa membiarkannya pergi. Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangun kembali kepercayaan.
Hanya perlu satu menit untuk menghancurkan seseorang, satu jam untuk menyukai seseorang, satu hari untuk mencintai seseorang tetapi membutuhkan seumur hidup untuk melupakan seseorang.
Jangan melihat dari wajah, itu bisa menipu. Jangan melihat kekayaan, itu bisa menghilang. Datanglah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum karena sebuah senyuman dapat membuat hari yang gelap menjadi cerah. Berharaplah kamu dapat menemukan seseorang yang dapat membuatmu tersenyum. Ada saat di dalam kehidupanmu dimana kamu sangat merindukan seseorang, kamu ingin mengambil mereka dari mimpimu dan benar-benar memeluk dia.
Berharaplah bahwa kamu dapat bermimpi tentang dia, yang berarti mimpilah apa yang ingin kamu mimpikan, pergilah kemana kamu ingin pergi, jadilah sesuai dengan keinginan kamu, karena kamu hanya hidup sekali dan satu kesempatan untuk melakukan apa yang kamu inginkan.
Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk membuat kamu bahagia, cukup cobaan untuk membuat kamu kuat, cukup penderitaan untuk membuat kamu menjadi manusia yang sesungguhnya, dan cukup harapan untuk membuat kamu bahagia.
Selalu letakkan dirimu pada posisi orang lain. Jika kamu merasa bahwa itu menyakitkan kamu, :mungkin itu menyakitkan orang itu juga. Kata-kata yang ceroboh dapat mengakibatkan perselisihan, kata-kata yang kasar bisa membuat celaka, kata-kata yang tepat waktu dapat mengurangi ketegangan, kata-kata cinta dapat menyembuhkan dan menyenangkan. :Permulaan cinta adalah dengan membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri dan tidak membentuk mereka menjadi sesuai keinginan kita.
Dengan kata lain kita mencintai bayangan kita yang ada pada diri mereka. Orang yang bahagia tidak perlu memiliki yang terbaik dari segala hal. Mereka hanya membuat segala hal yang datang dalam hidup mereka menjadi yang terbaik.
AKAN DATANG SUATU ZAMAN
AKAN DATANG SUATU ZAMAN
Akan datang suatu hari … Mulut terkunci … Kata tak ada lagi … Akan tiba masanya … Tak ada lagi suara dari mulut kita dan akan tiba masa hari perhitungan semua amal dan dosa. Allah menjelaskan pada kita “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. (Q:S Yassin,65). Dengan perintah Allah malaikat maut bisa tamatkan cita-cita manusia yang mempunyai sejuta impian yang hebat dengan MATI… Maut akan mengantar manusia dari mahligai yang tinggi ke lubang kubur perut bumi. Tidak ada lagi kawan-kawan sebaliknya terperangkap dalam kesunyian yang menakutkan sampai hari berbangkit. …. Jika kita selalu terlupa pada hari kita mati, maka saatnya kita mulai sadar dan insaf untuk apa kita hadir di permukaan bumi ini.
Akan datang suatu hari … Mulut terkunci … Kata tak ada lagi … Akan tiba masanya … Tak ada lagi suara dari mulut kita dan akan tiba masa hari perhitungan semua amal dan dosa. Allah menjelaskan pada kita “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. (Q:S Yassin,65). Dengan perintah Allah malaikat maut bisa tamatkan cita-cita manusia yang mempunyai sejuta impian yang hebat dengan MATI… Maut akan mengantar manusia dari mahligai yang tinggi ke lubang kubur perut bumi. Tidak ada lagi kawan-kawan sebaliknya terperangkap dalam kesunyian yang menakutkan sampai hari berbangkit. …. Jika kita selalu terlupa pada hari kita mati, maka saatnya kita mulai sadar dan insaf untuk apa kita hadir di permukaan bumi ini.
5 Artikel TerPopuler
5 Artikel TerPopuler
"Manusia tidak jatuh 'ke dalam' cinta, dan tidak juga keluar 'dari cinta'. Tapi manusia tumbuh dan besar dalam cinta". Cinta, banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.
Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta.
Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan. Teringat kisah Bandung Bondowoso yang tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sangkuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh kongkrit dalam kehidupan. Lewat kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta.
Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata –bata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, jika mungkin.
Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telingan ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, bagaimana dengan cinta kita? Wallaahu A'lam.
JALINAN UKHUWAH
Aku sebenarnya ragu mau menulis tentang ini, karena aku sadar akan kedangkalan ilmuku, tapi satu sisi, ini terus merongrong otakku, dari pada penasaran aku tulis aja trus aku upload di bulletin, berharap temen2 mau berbagi ilmu, berbagi pengetahuan dengan ku, pokoknya saran, kritik, masukan bahkan hujatan aku tunggu…..
Ini adalah tentang pergolakan terhadap aliran yang ada di Indonesia maupun dunia seperti NU, Muhammadiyah, Sunni, Syiah, dll. Aliran yang aku komentari nanti aku batasi pada aliran-aliran yang masih berpagarkan pada Ahlussunnah Wal Jamaah. Diluar itu aku tidak peduli, karena sesuai dengan hadist Rasul bahwa islam akan terpecah menjadi banyak golongan dan yang masuk syurga hanya Ahlussunah Wal Jamaah. NU, Muhammadiyah, Sunni, Syiah aku fakir masih masuk dalam criteria Ahlussunah Wal Jamaah.
Banyak diantara kita yang beranggapan bahwa aliran-aliran kita adalah yang paling benar, itu sah-sah saja dan memang seperti itu harusnya menurutku, tapi yang jadi masalah adalah ada diantara kita yang kemudian memfonis bahwa aliran diluar kita salah (secara keseluruhan) inilah yang menurutku tidak benar, kenapa:
Pertama dengan pemahaman yang seperti itu sama halnya kita masuk ke dalam golongan orang-orang yang riya’, sombong, takabur dan ini fatal, saya ingat hadist Rosulullah. Bahwa “riya’ itu seperti api membakar kayu bakar” (aku lupa siapa pe-Rawi-nya, kasih tahu ya kalau ada yang tahu, makasih) diluar tentang ke-shasihan hadist ini, ini merupakan sebuah perumpamaan yang sangat ngeri, bayangkan kalau kita menanam pohon selama 20 tahun, mungkin yang kita dapat hanyalah pohon dengan diameter batang sekitar 15 s/d 20 cm, tapi kemudian kalau kayu itu sudah kering dan menjadi kayu bakar. Lalu kita bakar mungkin hanya beberapa jam saja habis.. 20 tahun habis dalam beberapa jam saja..
Yang ke-dua, aliran seperti NU, Muhammadiyah, Sunni dan Syiah, itu menurutku hanya Organisasi kemasyarakatan, dan hadir setelah jaman Rasulullah meninggal, meskipun ada beberapa ritual ibadah yang berbeda. Saya belum pernah membaca dalam Al Qur’an maupun Hadist, yang menyatakan bahwa yang masuk syurga golongan tertentu, yang ada adalah orang yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah adalah orang yang bertakwa, ini yang perlu digaris bawahi.
Menurutku dari pada kita terus bergelut dan memikirkan aliran mana yang benar dan yang salah, lebih baik kita melihat kedalam hati kita, seberapa besar tingkat ketakwaan kita (ini dasar).
Kalau ketakwaan sudah menjadi tolok ukur dalam setiap langkah maupun setiap kita menjalankan ibadah kita saya yakin kita akan masuk syurga, apapun aliran kita mau sholat sedekap diatas dada maupun di perut, tarawih 20 rakaat maupun 8 rakaat. Tidak ada bedanya.
Toh sebenarnya Allah sudah memberikan sebuah rumus pasti, seperti rumus matematika 1+1=2, 1+2=3 tidak ada 1+1=4, 1+3=5, rumus itu adalah “As Sholatu’ Tanha Anil Fahsa’I Wal Munkar” Sholat itu mencegah perbuatan keji dan munkar, dalam artian bahwa Sholat yang dilakukan secara bener-bener, Sholat yang bener-bener dari hati, Sholat yang dilandasi dengan ketakwaan kepada Allah, akan kelihatan dalam setiap tingkah laku kita.
Sebagai pendukung pendapat saya diatas, sekarang saya tanya: adakah orang NU yang bejat ? pasti ada, adakah orang Muhammadiyah bejat ? pasti juga ada, begitu juga Syiah dan Sunni, sebaliknya adakah orang NU yang baik ? pasti banyak, adakah orang Muhammadiyah yang baik ? pasti juga banyak, begitu juga Sunni dan Syiah.
Berarti bukan cara Sholat-nya (Aliran-nya) tapi kembali kepada individu masing-masing, yang bejat berarti Sholatnya salah, meski gerakannya bener, yang baik berarti Sholatnya juga bener. As Sholatu’ Tanha Anil Fahsa’I Wal Munkar”
Begitu kira-kira pendapatku mohon petunjuk..
Hanya Allah yang maha benar, dan maha luas ilmu-Nya..
"Manusia tidak jatuh 'ke dalam' cinta, dan tidak juga keluar 'dari cinta'. Tapi manusia tumbuh dan besar dalam cinta". Cinta, banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.
Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta.
Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan. Teringat kisah Bandung Bondowoso yang tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sangkuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh kongkrit dalam kehidupan. Lewat kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta.
Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata –bata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, jika mungkin.
Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telingan ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, bagaimana dengan cinta kita? Wallaahu A'lam.
JALINAN UKHUWAH
Aku sebenarnya ragu mau menulis tentang ini, karena aku sadar akan kedangkalan ilmuku, tapi satu sisi, ini terus merongrong otakku, dari pada penasaran aku tulis aja trus aku upload di bulletin, berharap temen2 mau berbagi ilmu, berbagi pengetahuan dengan ku, pokoknya saran, kritik, masukan bahkan hujatan aku tunggu…..
Ini adalah tentang pergolakan terhadap aliran yang ada di Indonesia maupun dunia seperti NU, Muhammadiyah, Sunni, Syiah, dll. Aliran yang aku komentari nanti aku batasi pada aliran-aliran yang masih berpagarkan pada Ahlussunnah Wal Jamaah. Diluar itu aku tidak peduli, karena sesuai dengan hadist Rasul bahwa islam akan terpecah menjadi banyak golongan dan yang masuk syurga hanya Ahlussunah Wal Jamaah. NU, Muhammadiyah, Sunni, Syiah aku fakir masih masuk dalam criteria Ahlussunah Wal Jamaah.
Banyak diantara kita yang beranggapan bahwa aliran-aliran kita adalah yang paling benar, itu sah-sah saja dan memang seperti itu harusnya menurutku, tapi yang jadi masalah adalah ada diantara kita yang kemudian memfonis bahwa aliran diluar kita salah (secara keseluruhan) inilah yang menurutku tidak benar, kenapa:
Pertama dengan pemahaman yang seperti itu sama halnya kita masuk ke dalam golongan orang-orang yang riya’, sombong, takabur dan ini fatal, saya ingat hadist Rosulullah. Bahwa “riya’ itu seperti api membakar kayu bakar” (aku lupa siapa pe-Rawi-nya, kasih tahu ya kalau ada yang tahu, makasih) diluar tentang ke-shasihan hadist ini, ini merupakan sebuah perumpamaan yang sangat ngeri, bayangkan kalau kita menanam pohon selama 20 tahun, mungkin yang kita dapat hanyalah pohon dengan diameter batang sekitar 15 s/d 20 cm, tapi kemudian kalau kayu itu sudah kering dan menjadi kayu bakar. Lalu kita bakar mungkin hanya beberapa jam saja habis.. 20 tahun habis dalam beberapa jam saja..
Yang ke-dua, aliran seperti NU, Muhammadiyah, Sunni dan Syiah, itu menurutku hanya Organisasi kemasyarakatan, dan hadir setelah jaman Rasulullah meninggal, meskipun ada beberapa ritual ibadah yang berbeda. Saya belum pernah membaca dalam Al Qur’an maupun Hadist, yang menyatakan bahwa yang masuk syurga golongan tertentu, yang ada adalah orang yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah adalah orang yang bertakwa, ini yang perlu digaris bawahi.
Menurutku dari pada kita terus bergelut dan memikirkan aliran mana yang benar dan yang salah, lebih baik kita melihat kedalam hati kita, seberapa besar tingkat ketakwaan kita (ini dasar).
Kalau ketakwaan sudah menjadi tolok ukur dalam setiap langkah maupun setiap kita menjalankan ibadah kita saya yakin kita akan masuk syurga, apapun aliran kita mau sholat sedekap diatas dada maupun di perut, tarawih 20 rakaat maupun 8 rakaat. Tidak ada bedanya.
Toh sebenarnya Allah sudah memberikan sebuah rumus pasti, seperti rumus matematika 1+1=2, 1+2=3 tidak ada 1+1=4, 1+3=5, rumus itu adalah “As Sholatu’ Tanha Anil Fahsa’I Wal Munkar” Sholat itu mencegah perbuatan keji dan munkar, dalam artian bahwa Sholat yang dilakukan secara bener-bener, Sholat yang bener-bener dari hati, Sholat yang dilandasi dengan ketakwaan kepada Allah, akan kelihatan dalam setiap tingkah laku kita.
Sebagai pendukung pendapat saya diatas, sekarang saya tanya: adakah orang NU yang bejat ? pasti ada, adakah orang Muhammadiyah bejat ? pasti juga ada, begitu juga Syiah dan Sunni, sebaliknya adakah orang NU yang baik ? pasti banyak, adakah orang Muhammadiyah yang baik ? pasti juga banyak, begitu juga Sunni dan Syiah.
Berarti bukan cara Sholat-nya (Aliran-nya) tapi kembali kepada individu masing-masing, yang bejat berarti Sholatnya salah, meski gerakannya bener, yang baik berarti Sholatnya juga bener. As Sholatu’ Tanha Anil Fahsa’I Wal Munkar”
Begitu kira-kira pendapatku mohon petunjuk..
Hanya Allah yang maha benar, dan maha luas ilmu-Nya..
Jumat, 02 Desember 2011
GURU DAN PERUBAHANNYA
Secara umum orang mengatakan, “Segala sesuatu akan mengalami perubahan, kecuali perubahan itu sendiri yang tidak berubah.” Kalau saja ini diasumsikan sebagai sesuatu yang mesti, maka perubahan itu adalah sebuah keniscayaan yang harus kita terima.
Perubahan-perubahan itu kemudian pada urutannya akan melanda juga pada dunia pendidikan pada umumnya. Perubahan-perubahan pada dunia pendidikan boleh jadi ditentukan oleh faktor dalam (internal) maupun faktor luar (eksternal). Atau dalam bahasa lain, pendidikan berubah karena pendidikan itu sendiri, tetapi boleh jadi pendidikan berubah karena dipaksa oleh hal lain di luar pendidikan itu.
Guru, sebagai salah satu faktor pendidikan, mempunyai peranan penting dalam menentukan perubahan-perubahan, terutama perubahan dalam dunia pendidikan, yang pada gilirannya akan berakibat pada perubahan-perubahan pada yang lain, tetapi dia, guru juga dituntut berubah karena guru sebagai agent of change (agen perubahan) harus selalu berusaha untuk mengadakan perubahan pada dirinya terlebih dahulu sebelum mengadakan perubahan pada orang lain, ibda’ bi nafsik.
Guru dan perubahan inilah yang kita jadikan bahasan utama dalam makalah ini untuk menyoroti atau menata kembali upaya peningkatan kualitas SDM pendidikan terutama SDM guru dalam menghadapi perubahan-perubahan, sehingga guru dapat berperan maksimal dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.
Guru, menurut kamus besar Bahasa Indonesia, adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.1 Sedangkan kata mengajar berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut.2 Dengan demikian, guru berarti orang yang memberikan petunjuk kepada orang lain agar petunjuk itu diketaui atau diikuti.
Kata “petunjuk” dalam definisi guru di atas menjadi kata kunci dalam memahami guru. Guru sejati adalah guru yang selalu memberikan petunjuk. Jika tidak memberi petunjuk berarti bukan guru. Sedangkan kata “petunjuk” itu sendiri mempunyai dua arti. Pertama, petunjuk berarti sesuatu tanda atau isyarat untuk menjukkan atau memberi tahu. Kedua, petunjuk berarti ketentuan, nasihat, ajaran, dan pedoman yang memberikan arah atau bimbingan bagaimana sesuatu harus dilakukan.3
Islam dengan berpedoman pada Al Qur’an, memberi sifat pendidikan sebagai pendidikan yang “rabbaniy”, berdasarkan pada ayat pertama dalam wahyu pertama. Sementara orang yang melaksanakan pendidikan, termasuk di dalamnya guru, dalam Islam juga disebut “rabbaniy” yang oleh Al Qur’an dijelaskan cirinya antara lain mengajarkan kita Allah, baik yang tertulis (Al Qur’an), maupun yang tidak tertulis (alam raya), serta mempelajarinya secara terus menerus4 dan mengajarkan “Al Hikmah”5. Al Kitab adalah kabar dari langit yang secara tekstual kita terima dari Tuhan lewat utusannya, tetapi Al-Hikmah adalah ilmu Tuhan yang ada di alam ini yang memerlukan usaha kita dalam memahaminya, karena boleh jadi berupa pengetahuan science, pengetahuan filsafat, maupun pengetahuan yang lain.
Guru berdasarkan data di atas, adalah orang yang mengajarkan sesuatu dalam arti memberi petunjuk, memberi tahu, memberi informasi yang berupa pengetahuan yang diambil dari kitab suci atau “Al Kitab” baik yang tertulis (Al Qur’an) maupun yang tidak tertulis (alam raya) agar pengetahuan itu difahami atau dipraktekan dalam kehidupan keseharian peserta didik.
Hadari Nawawi,6 mengatakan bahwa guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah, kelas. Secara lebih khusus lagi, ia mengatakan bahwa guru berarti orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggung jawab dalam membantu peserta didik dalam mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian tersebut, menurutnya bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan peserta didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.
Guru dalam bahasa jawa biasa dianggap kependekan dari orang yang dapat “digugu” dan “ditiru”, bukan orang yang “diguyu” dan orang yang mudah “ditipu”. Digugu karena infrormasi atau petunjuk yang diberikan oleh guru mempunyai akurasi yang kuat, sehingga tidak diragukan lagi dan kemudian dapat dipercaya. Selain itu, mempunyai prilaku yang dapat dijadikan teladan yang baik bukan saja bagi peserta didik, tetapi bagi masyarakat pada umumnya. Ini berarti guru itu bukan yang mempunyai informasi yang selalu diragukan, bahkan mungkin selalu ketinggalan sehingga tidak dipercaya akhirnya ditertawakan (diguyu) dan prilakunya tidak dapat dijadikan tauladan bagi peserta didiknya apalagi masyarakatnya. Dan guru seharusnya bukan yang mudah ditipu, karena guru adalah orang yang selalu belajar dan mengikuti perkembangan dan perubahan. Karena jika tidak mengikuti perkembangan dan perubahan, maka guru akan selalu ketinggalan informasi, sehingga tidak tahu perubahan-perubahan yang terjadi. Sebab inilah guru yang selalu belajar mengikuti perkembangan dan perubahan itu, maka bagi orang jawa guru itu mempunyai kedudukan yang sangat tinggi.
Selain guru, banyak istilah lain yang maknanya sama atau hampir sama dengan guru, pendidik misalnya. Pendidik menurut WJS Poerwadarminta adalah orang yang mendidik7. Pengertian ini memberi kesan, bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya dengan pendidik. Kata tersebut seperti teacher yang diartikan dengan guru atau pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi, atau guru yang mengajar di rumah.8 Dalam bahasa Arab guru atau pendidik diterjemahkan dengan ustadz, mudarris, mu’allim, dan mu’addid. Kata ustadz jamaknya asatidz yang berarti teacher (guru), professor (gelar akademik), jenjang dibidang intelektual, pelatih, penulis dan peyair.9
Adapun kata muddaris berarti teacher (guru), instructur (pelatih) dan lecturer (dosen).10 sedangkan istilah mu’allim juga berarti teacher (guru), intructur (pelatih) trainer (pemandu).11 Selanjutnya istilah mu’addib berarti educator yang berarti pendidik atau teacher in Koranic School (guru dalam lembaga pendidikan Al Qur’an).12
Menurut hemat saya, istilah-istilah di atas maknanya terhimpun di dalam istilah pendidikan, kerena seluruh kata tersebut mengacu kepada seseorang yang memberikan pengetahuan, ketrampilan atau pengalaman kepada orang lain. Kata-kata yang variatif di atas sebetulnya menunjukkan adanya perbedaan ruang gerak dan lingkungan dimana pengetahuan dan ketrampilan diberikan. Jika pengetahauan dan ketrampilan tersebut diberikan di sekolah, yang memberikan disebut teacher, diperguruan tinggi disebut lecturer atau professor, dirumah-rumah secara pribadi disebut tutor, dipusat-pusat latihan disebut instructur atau trainer dan di lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan agama disebut educator.13
Sebagai pendidik, guru bukan hanya berfungsi atau bertugas melaksanakan aktifitas memindahkan pengetahuannya ( transfer of knowledge ) atau memberi petunjuk kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu guru sebagai pendidik harus melakukan pemindahan nilai ( transfer of values ) kepada peserta didik. Selain itu guru harus mampu menjadi pengelolah proses pembelajaran ( manajer of learning ), pengarah dalam proses pembelajaran ( directur of learning ), sebagai fasilitator ( facilitator ) atau orang dapat memberikan kemudahan dalam proses pembelajaran dan menjadi perencana masyarakat masa depan ( the planner of future society ). 14
Dengan demikian, maka tugas dan fungsi guru dalam pendidikan dapat disimpulkan menjadi tiga bagian pertama. Sebagai pengajar yang bertugas merencanakan program pembelajaran secara utuh. Kedua, sebagai pendidik yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian baik sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan. Ketiga, sebagai pemimpin yang memimpin, mengendalikan diri peserta didik dan masyarakat yang menyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan dan partisipasi atas program yang di lakukan.15
Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana diatas, maka seseorang guru dituntut untuk menjadi guru yang profesional. Sedangkan seorang guru yang profesional harus mempunyai kompetensi–kompetensi tertentu antara lain. Pertama, penguasaan materi yang cukup. Kedua, Penguasaan strategi pembelajaran. Ketiga, Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan. Keempat, memahami prinsip-prinsip dan dapat menafsirkan hasil penelitian pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan pendidikan. Kelima, memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang mendukung kepentingan tugasnya. 16
Menurut Rice dan Bishoprick guru profesional adalah guru yang mampu mengelolah dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Profesionalisasi guru oleh kedua pasangan penulis tersebut dipandang sebagi satu proses yang bergerak dari ketidaktahuan ( Ignorance ) menjadi tahu, dari ketidakmatangan ( Immaturity ) menjadi matang, dari diarahkan orang lain ( other directedness ) menjadi mengarahkan sendiri. 17
Sedangkan Gilcman menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara porfesional bilamana orang tersebut memiliki kemampuan ( ability ) dan motivasi ( motivation ). Dalam kaitannya dengan profesionalisme guru, dia mengatakan bahwa guru dapat dikatakan profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi ( high level of abstract ) dan motivasi kerja tinggi ( high level of commitment ). 18
Nampak jelas, bahwa seorang yang mempunyai profesi sebagai guru, disamping dituntut mempunyai skill atau ketrampilan-ketrampilan yang terkait dengan proses pembelajaran, juga dituntut mengikuti perkembangan-perkembangan yang menyangkut dengan profesinya maupun yang lain. Seorang guru harus terus mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga sebagai sumber informasi, guru harus selalu peka terhadap informasi – informasi terkini.
Sebagaimana ditulis diatas, perubahan itu tidak dapat dielakkan. Setiap masyarakat, manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan didalam masyaraakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola keperilakuan organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang interaksi sosial dan lain-lain.
Perubahan-perubahan pada masyarakat di dunia dewasa ini, merupakan gejala yang normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat kebagian-bagian dunia lainnya, antara lain berkat adanya komunikasi yang modern. Penemuan-penemuan baru dibidang teknologi yang terjadi disuatu tempat, dengan cepat dapat di ketahui oleh masyarakat-masyarakat lain yang jauh dari tempat tersebut.
Perubahan-perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman dahulu, namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat, sehingga seolah-olah membingungkan manusia yang menghadapinya. Sehingga didalam masyarakat dunia ini kita lihat sering terjadinya perubahan-perubahan atau suatu keadaan dimana perubahan-perubahan tersebut berjalan secara konstan. Perubahan-perubahan tersebut memang terikat oleh waktu dan tempat, akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka keadaan tersebut berlangsung terus walaupun kadang-kadang diselingi keadaan di mana masyarakat yang bersangkutan mengadakan reorganisasi unsur-unsur struktur masyarakat yang terkena oleh proses perubahan tadi.19
Terkait dengan perubahan-perubahan masyarakat atau sosial sebagaimana dijelaskan di atas, baik yang disebabkan oleh penemuan-penemuan baru maupun yang lain, maka guru sebagai salah satu faktor pendidikan yang sangat penting, harus menghadapi perubahan-perubahan itu dengan menata kembali kualitas dirinya (SDM) untuk memantapkan profesinya. Setidaknya, guru harus mempunyai kompetensi-kompetensi yang diperlukan dalam bentuk skill maupun yang lain.
Guru harus mempunyai visi atau pandangan yang tepat. Guru dengan visi yang tepat berarti guru memiliki pandangan yang tepat tentang hal-hal yang penting dalam pendidikan dalam menghadapi perubahan-perubahan. Tentang pembelajaran merupakan jantung dalam proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan terletak pada kualitas pembelajarannya, dan bukan sama sekali pada aksesori sekolah. Kedua, pembelajaran tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses inovasi tertentu, sehingga guru dituntut melakukan berbagai pembaharuan dalam hal pendekatan, metode, teknik, strategi, langkah-langkah, media pembelajaran, mengubah status quo agar pembelajaran menjadi berkualitas. Ketiga, tugas-tugas yang dilakukan itu harus dipandang sebagai pengabdian, bukan sebagai proyek. 20
Selain harus mempunyai visi yang tepat, guru juga harus melakukan aksi inovatif dan mandiri. Visi tanpa aksi adalah bagaikan sebuah mimpi, Vision without action is merely a dream, vision with action can change the world, demikian kata Barker dalam Morgatroyd dan Morgan. Aksi yang dimaksud disini adalah aksi pembaharuan utamanya pembaharuan dalam pembelajaran. Karena pembaharuan pembelajaran di sekolah maupun di madrasah dapat terjadi, jika adanya inovasi pembelajaran itu sendiri. Inovasi pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu yang baru mengenai pembelajaran, bisa berupa ide, program, layanan, metode, teknologi dan proses pembelajaran.
POTRET CINTA ALA RASULULLAH
POTRET CINTA ALA NABI MUHAMMAD SAW
"Manusia tidak jatuh 'ke dalam' cinta, dan tidak juga keluar 'dari cinta'. Tapi manusia tumbuh dan besar dalam cinta". Cinta, banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.
Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta.
Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan. Teringat kisah Bandung Bondowoso yang tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sangkuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh kongkrit dalam kehidupan. Lewat kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta.
Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata –bata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, jika mungkin.
Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telingan ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, bagaimana dengan cinta kita? Wallaahu A'lam.
"Manusia tidak jatuh 'ke dalam' cinta, dan tidak juga keluar 'dari cinta'. Tapi manusia tumbuh dan besar dalam cinta". Cinta, banyak waktu dan peristiwa orang selalu berbeda mengartikannya. Tak ada yang salah, tapi tak ada juga yang benar sempurna penafsirannya. Karena cinta selalu berkembang, ia seperti udara yang mengisi ruang kosong. Cinta juga seperti air yang mengalir ke dataran yang lebih rendah.
Tapi ada satu yang bisa kita sepakati bersama tentang cinta. Bahwa cinta, akan membawa sesuatu menjadi lebih baik, membawa kita untuk berbuat lebih sempurna. Mengajarkan pada kita betapa, besar kekuatan yang dihasilkannya. Cinta membuat dunia yang penat dan bising ini terasa indah, paling tidak bisa kita nikmati dengan cinta.
Cinta mengajarkan pada kita, bagaimana caranya harus berlaku jujur dan berkorban, berjuang dan menerima, memberi dan mempertahankan. Teringat kisah Bandung Bondowoso yang tak tanggung-tanggung membangunkan seluruh jin dari tidurnya dan menegakkan seribu candi untuk Lorojonggrang seorang. Sangkuriang tak kalah dahsyatnya, diukirnya tanah menjadi sebuah telaga dengan perahu yang megah dalam semalam demi Dayang Sumbi terkasih yang ternyata ibu sendiri. Tajmahal yang indah di India, di setiap jengkal marmer bangunannya terpahat nama kekasih buah hati sang raja juga terbangun karena cinta. Bisa jadi, semua kisah besar dunia, berawal dari cinta.
Cinta adalah kaki-kaki yang melangkah membangun samudera kebaikan. Cinta adalah tangan-tangan yang merajut hamparan permadani kasih sayang. Cinta adalah hati yang selalu berharap dan mewujudkan dunia dan kehidupan yang lebih baik. Dan Islam tidak saja mengagungkan cinta tapi memberikan contoh kongkrit dalam kehidupan. Lewat kehidupan manusia mulia, Rasulullah tercinta.
Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata –bata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, jika mungkin.
Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telingan ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, bagaimana dengan cinta kita? Wallaahu A'lam.
Langganan:
Postingan (Atom)